Mengurai Pola Hubungan: Memahami "Attachment Style" untuk Relasi yang Lebih Sehat
Tanggal: 26 Mei 2025 23:44 wib.
Tampang.com | Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Anda sering merasa tidak cocok dalam hubungan, sulit percaya, atau justru terlalu posesif terhadap pasangan? Jawabannya mungkin terletak pada "attachment style" atau gaya kelekatan Anda, yang terbentuk sejak masa kecil. Menurut psikolog Medwin Wisnu Prabowo, M.Psi., Psikolog, CH, CHt, attachment style adalah cara seseorang berinteraksi dan membangun hubungan dengan orang lain, dibentuk oleh pengalaman awal, terutama pola asuh orang tua.
"Attachment style itu adalah gaya atau cara kita berinteraksi dengan orang lain," kata Medwin dalam siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada Kamis (22/5/2025). Lebih dari sekadar istilah viral di media sosial, attachment style merupakan konsep psikologi penting yang dapat membantu kita mengenali diri, memperbaiki dinamika hubungan, dan membangun kesehatan mental yang lebih stabil.
Apa Itu Attachment Style?
Konsep attachment style pertama kali dikembangkan oleh psikolog Inggris, John Bowlby. Gaya kelekatan ini menggambarkan pola emosional yang dibentuk seseorang dalam menjalin hubungan, berdasarkan dua faktor utama:
Nature: Bawaan genetik, kondisi biologis, atau kerentanan psikologis.
Nurture: Lingkungan pengasuhan, pengalaman hidup, dan pola hubungan yang dijalani.
Medwin menjelaskan bahwa pengalaman emosional di masa kecil sangat menentukan. Misalnya, anak yang tumbuh dalam keluarga penuh kasih sayang dan stabil cenderung mengembangkan gaya kelekatan yang sehat. Sebaliknya, pola asuh yang tidak konsisten, dingin, atau bahkan penuh kekerasan bisa membentuk gaya kelekatan yang tidak aman.
Mengenali Empat Tipe Attachment Style
Ada empat tipe utama attachment style, masing-masing dengan dampak signifikan terhadap relasi dan kesehatan mental:
Secure Attachment (Kelekatan Aman): Terbentuk dari pola asuh yang sehat, konsisten, dan penuh kasih. Individu dengan tipe ini cenderung percaya diri, mampu membangun relasi yang sehat, tidak bergantung berlebihan pada orang lain, namun tetap bisa menjalin kedekatan emosional. "Kalau pola asuhnya baik, kebutuhan emosional anak terpenuhi, dan tidak berlebihan, anak akan tumbuh dengan secure attachment," jelas Medwin.
Anxious Attachment (Kelekatan Cemas): Muncul karena pola asuh yang tidak konsisten, kadang dimanja, kadang diabaikan. Orang dengan tipe ini cenderung cemas dalam relasi, takut ditinggalkan, dan terus-menerus membutuhkan validasi dari pasangan.
Avoidant Attachment (Kelekatan Penghindar): Terbentuk ketika kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi, meskipun kebutuhan materi mungkin tercukupi. Akibatnya, individu sulit membuka diri, enggan terlibat dalam hubungan yang terlalu dekat, dan cenderung menjauh saat merasa rentan.
Disorganized Attachment (Kelekatan Tidak Teratur): Biasanya terbentuk akibat trauma berat seperti pelecehan atau kekerasan. Orang dengan tipe ini sering merasa tidak layak dicintai, memiliki kestabilan emosi yang buruk, dan menunjukkan perilaku kontradiktif dalam hubungan.
Mengapa Penting Mengenali Attachment Style?
Menurut Medwin, attachment style sangat memengaruhi relasi interpersonal, terutama dengan orang-orang terdekat seperti pasangan, keluarga, dan sahabat. "Semakin dekat hubungan kita dengan seseorang, semakin kuat gaya kelekatan kita muncul. Bahkan bisa 100 persen," ungkapnya. Dalam hubungan pernikahan, misalnya, seseorang bisa menunjukkan sisi diri yang sama sekali berbeda dari saat berpacaran. Hal ini bukan berarti berubah, melainkan karena lapisan "topeng sosial" menghilang, dan gaya kelekatan yang sebenarnya muncul sepenuhnya.
Cara Mengenali dan Mengubah Attachment Style
Untuk mengenali attachment style, langkah awal adalah mempelajari karakteristik tiap tipe. Banyak artikel dan tes daring dapat dijadikan referensi awal, namun Medwin mengingatkan bahwa tes di internet tidak selalu valid secara ilmiah. "Tes attachment style di internet itu tidak terstandarisasi. Jadi hanya bisa digunakan sebagai referensi ringan, bukan diagnosis pasti," jelasnya. Ia juga menekankan bahwa mengenali attachment style bukanlah self-diagnose, karena gaya kelekatan bukanlah gangguan psikologis, melainkan bagian dari pola kepribadian.
Kabar baiknya, attachment style bukanlah sesuatu yang permanen. Bahkan seseorang yang awalnya memiliki secure attachment bisa berubah menjadi disorganized setelah mengalami trauma berat. Sebaliknya, gaya kelekatan yang tidak sehat juga bisa diperbaiki.
"Yang paling penting adalah kesadaran untuk berubah. Tanpa niat dari dalam diri, perubahan tidak akan terjadi," tegas Medwin. Langkah perbaikan bisa dimulai dari konseling psikologis, dan dalam kasus tertentu, bisa juga dibantu dengan hipnoterapi.
Memahami attachment style adalah langkah awal menuju hubungan yang lebih sehat dan pemahaman diri yang lebih dalam. Sudahkah Anda mencoba mengenali gaya kelekatan Anda?