Mengungkap Fakta Mengejutkan Tentang Kesehatan Indonesia: Kenapa Banyak Masyarakat Meninggal Muda?
Tanggal: 21 Jan 2025 11:44 wib.
Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, atau yang akrab disapa BGS, baru-baru ini memaparkan situasi terkini mengenai kesehatan masyarakat Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, yang berlangsung pada Senin, 20 Januari 2025, di Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi yang diadakan di kantor Kementerian Dalam Negeri Jakarta, BGS memberikan gambaran tentang masalah kesehatan yang ada di Indonesia.
Paparan ini memberikan gambaran jelas tentang tantangan besar yang dihadapi bangsa dalam menjaga kesehatan warganya, terutama terkait dengan penyakit tidak menular yang semakin meningkat.
BGS menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia mencakup seluruh tahapan kehidupan, mulai dari bayi hingga lansia. Berikut ini adalah gambaran tentang beberapa masalah kesehatan yang dihadapi berbagai kelompok usia:
Masalah Kesehatan pada Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah:
Stunting menjadi masalah utama dengan prevalensi mencapai 21,5%. Stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan fisik dan kecerdasan anak-anak.
Masalah Kesehatan pada Anak Sekolah dan Remaja:
Pada kelompok ini, masalah kesehatan yang paling menonjol adalah anemia yang menyerang 15,6% anak dan remaja. Selain itu, masalah kesehatan mental juga cukup tinggi, dengan 34,9% remaja mengalami gangguan jiwa.
Masalah Kesehatan pada Dewasa dan Lansia:
Kelompok dewasa dan lansia menghadapi masalah kesehatan yang lebih kompleks, seperti obesitas yang mencapai 23,4%, hipertensi sebesar 30,8%, dan diabetes (gula darah tinggi) sebesar 24,3%. Penyakit-penyakit ini sering kali menjadi penyebab utama kematian dini dan komplikasi kesehatan lainnya.
Namun, meskipun masalah kesehatan ini sangat serius, BGS juga mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa hanya sekitar 39,8% penduduk Indonesia yang telah menjalani skrining penyakit tidak menular. Artinya, lebih dari 60% populasi Indonesia belum melakukan skrining untuk mendeteksi penyakit-penyakit serius seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera diatasi.
Lebih lanjut, BGS juga mengungkapkan data yang lebih mengkhawatirkan lagi, yaitu terkait dengan perilaku masyarakat yang cenderung tidak peduli dengan pemeriksaan kesehatan rutin. Pada kelompok usia lebih dari 20 tahun, sejumlah besar masyarakat Indonesia tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan dasar, seperti:
80,82% tidak pernah mengukur lingkar perut
62,6% tidak pernah memeriksa gula darah
61,6% tidak pernah memeriksa kadar kolesterol
36,61% tidak pernah memantau berat badan
32,6% tidak pernah mengukur tekanan darah
Data ini mengindikasikan kurangnya kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan melalui pemeriksaan rutin yang dapat mencegah berbagai penyakit serius sejak dini.
BGS juga menjelaskan dengan tegas bahwa tingginya angka kematian dini di Indonesia, terutama karena penyakit stroke dan jantung, berakar dari kebiasaan masyarakat yang tidak pernah melakukan skrining kesehatan. “62,6% masyarakat kita tidak pernah memeriksa gula darah. Padahal, gula darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak organ vital seperti mata dan ginjal, dan pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi berat seperti stroke dan gagal ginjal,” ujar BGS.
BGS menambahkan, dalam banyak kasus, masyarakat yang meninggal akibat stroke dan penyakit jantung biasanya memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi. Oleh karena itu, selain memperbaiki pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik, mengonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kolesterol juga sangat penting. Menurutnya, obat-obat ini tersedia di puskesmas secara gratis dan dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, namun sering kali masyarakat enggan untuk melakukan pemeriksaan atau mengonsumsi obat karena takut ditusuk jarum untuk mengambil darah.
Pernyataan BGS tentang pentingnya perubahan budaya dalam masyarakat Indonesia sangat mencolok. Selama ini, masyarakat lebih cenderung mendatangi dokter hanya ketika sudah jatuh sakit. Padahal, BGS menekankan pentingnya menjaga kesehatan secara proaktif.
"Kita harus mengubah paradigma. Jangan datang ke dokter hanya ketika sakit, tetapi datanglah untuk menjaga agar tetap sehat," kata BGS. Menurutnya, pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan, dan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, berbagai penyakit berbahaya dapat dideteksi lebih dini dan diatasi sebelum berkembang menjadi masalah serius.
Kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan harus terus digalakkan. Pemerintah juga berperan dalam menyediakan fasilitas dan edukasi yang memadai agar masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan mereka.
Selain itu, dukungan dari seluruh lapisan masyarakat sangat penting untuk menciptakan budaya sehat di Indonesia. Dengan melakukan perubahan kecil dalam kebiasaan sehari-hari, seperti rutin memeriksa kesehatan, kita bisa mencegah banyak penyakit berbahaya yang dapat mengancam jiwa.
Dengan segala tantangan yang ada, Indonesia harus berupaya keras untuk mengubah pola pikir masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan diri. Pemeriksaan rutin dan gaya hidup sehat menjadi kunci untuk mengurangi angka kematian dini akibat penyakit tidak menular yang semakin meningkat.