Mengapa Usia 1–5 Tahun Jadi Penentu Masa Depan Bangsa? Ini Alasan Kementerian PPN Luncurkan Indeks Baru
Tanggal: 16 Mei 2025 20:26 wib.
Tampang.com | Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas resmi memperkenalkan Early Childhood Development Index (ECDI) atau Indeks Perkembangan Anak Usia Dini pada Rabu, 14 Mei 2025. Inisiatif strategis ini digagas untuk memperkuat fondasi data yang kredibel dan berbasis bukti, guna mendukung proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan yang berkaitan langsung dengan tumbuh kembang anak usia dini di Indonesia.
ECDI hadir sebagai instrumen baru yang dirancang agar para pemangku kebijakan memiliki acuan konkret dalam menilai perkembangan anak-anak Indonesia, khususnya mereka yang berada pada rentang usia 1 hingga 5 tahun. Periode emas ini diyakini sebagai masa krusial dalam membentuk karakter, kemampuan kognitif, serta kesiapan anak dalam menjalani jenjang kehidupan selanjutnya, termasuk pendidikan formal.
Indeks Baru, Harapan Baru untuk Generasi Emas
Peluncuran Indeks Perkembangan Anak Usia Dini ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor dan lembaga. Bappenas menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta menerima dukungan penuh dari organisasi internasional seperti UNICEF dan Tanoto Foundation.
Wakil Menteri PPN/Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard, menekankan bahwa hadirnya indeks ini menjadi langkah penting dalam menilai posisi perkembangan anak-anak Indonesia saat ini, sekaligus sebagai dasar penentuan arah kebijakan ke depan. Ia menyebutkan bahwa fase usia dini bukan hanya periode pertumbuhan fisik, tetapi juga waktu pembentukan fondasi karakter dan kapasitas belajar anak.
"Indeks ini menjadi alat ukur penting untuk mengetahui posisi kita saat ini dan menentukan arah kebijakan ke depan," ujar Febrian dalam sambutannya di Jakarta.
Proses Penyusunan Melibatkan Banyak Pihak
Penyusunan ECDI tidak dilakukan secara sembarangan. Prosesnya melalui pendekatan teknokratik dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari kementerian dan lembaga terkait, praktisi pendidikan dan kesehatan, akademisi dari berbagai universitas, hingga mitra pembangunan nasional dan internasional.
Pendekatan kolaboratif ini memastikan bahwa indeks yang dihasilkan mencerminkan realitas di lapangan dan dapat diterapkan secara efektif dalam penyusunan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan. Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Bappenas bahkan menyatakan bahwa ECDI akan menjadi bagian integral dalam indikator pembangunan manusia yang digunakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2025–2029.
Mengapa Usia Dini Sangat Penting?
Berbagai riset menyatakan bahwa 90% perkembangan otak anak terjadi sebelum mereka menginjak usia lima tahun. Fase ini disebut sebagai periode emas (golden age) karena stimulasi yang diberikan selama masa ini akan menentukan kemampuan anak dalam berpikir, bersosialisasi, dan membentuk kepribadian.
Sayangnya, kesadaran masyarakat akan pentingnya stimulasi sejak dini masih tergolong rendah. Banyak anak usia dini yang belum mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, maupun gizi yang memadai. Karena itu, keberadaan indeks ini sangat penting sebagai pendorong komitmen pemerintah untuk memperbaiki intervensi pada tahap awal kehidupan anak.
Dukungan Terhadap SDGs dan Kebijakan Nasional
Tidak hanya menjadi alat bantu dalam lingkup nasional, ECDI juga dirancang untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya tujuan nomor 4.2, yang menekankan pada akses anak terhadap perkembangan dan pendidikan usia dini yang berkualitas.
Dengan ECDI, pemerintah dapat mengevaluasi program-program intervensi secara lebih akurat dan menyeluruh. Data yang dihasilkan akan menjadi landasan kuat dalam melakukan reformasi kebijakan, khususnya di bidang pendidikan anak usia dini, layanan kesehatan anak, dan pengasuhan berbasis komunitas.
Langkah ini diharapkan bisa mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam jangka panjang. Sebab, pembangunan SDM tidak bisa dimulai dari bangku sekolah dasar saja, tetapi jauh lebih awal—yakni sejak anak lahir.
Harapan untuk Masa Depan
Pemerintah berharap ECDI tidak hanya menjadi instrumen statistik semata, tetapi benar-benar diadopsi sebagai referensi utama dalam perencanaan dan evaluasi kebijakan. Pelibatan lintas sektor juga menunjukkan bahwa pembangunan anak usia dini adalah tanggung jawab bersama, tidak bisa hanya dibebankan pada satu kementerian atau lembaga.
Ke depan, ECDI akan terus disempurnakan agar dapat mencakup berbagai aspek yang memengaruhi tumbuh kembang anak, termasuk kondisi sosial-ekonomi keluarga, akses terhadap layanan dasar, hingga lingkungan pengasuhan. Dengan pendekatan yang menyeluruh, Indonesia diharapkan bisa mempersiapkan generasi muda yang lebih sehat, cerdas, dan tangguh dalam menghadapi tantangan global.
Penutup
Langkah strategis Kementerian PPN/Bappenas dalam meluncurkan ECDI menandai komitmen nyata pemerintah dalam menyiapkan masa depan bangsa melalui investasi pada anak-anak usia dini. Semakin kuat fondasi perkembangan anak, semakin besar pula potensi bangsa ini dalam mencetak generasi unggul yang berdaya saing global.