Mengapa Kita Masih Ingin Makan Manis Meski Sudah Kenyang?
Tanggal: 22 Feb 2025 13:55 wib.
Tampang.com | Banyak dari kita yang sering ingin makan manis padahal sudah kenyang. Ternyata ada alasan mengapa keinginan itu muncul. Sebuah penelitian dari Max Planck Institute for Metabolism Research menjelaskan soal hal tersebut. Respons ingin makan manis muncul dari sistem neurologis tubuh kita.
Neuron akan memberi sinyal otak untuk mengonsumsi gula, sama seperti yang dilakukan saat tubuh kenyang.
Para peneliti melakukan penelitian dengan memantau tikus yang sudah kenyang setelah makan 90 menit. Tikus mengabaikan makanan tambahan, namun tetap menyantap makanan manis, dikutip dari BGR, Selasa (18/2/2025).
Pilihan Redaksi
Daftar 6 Makanan yang Paling Disukai Sel Kanker
10 Tanda Tubuh Alami Overdosis Gula yang Bisa Berakibat Fatal
5 Bahan Campuran Teh yang Paling Enak dan Sehat
Terungkap bahwa neuron di nukleus arkuata hipotalamus melepaskan opioid alami untuk makan hidangan penutup. Sebagai informasi, neuron tersebut bertanggung jawab mengendalikan nafsu makan, metabolisme, dan hormon.
Neuron itu bernama pro-opiomelanocortin (POMC), yang dilepaskan akan mengirimkan sinyal bernama nukleus paraventrikular thalamus (PVT).
Menurut para peneliti, terdapat aktivitas saraf antara hipotalamus dan PVT yang meningkat empat kali lipat bahkan sebelum gigitan pertama makanan manis itu. Kesimpulannya, keinginan makan bukan karena makanan yang manis, tapi antisipasi saat mengonsumsinya.
Otak bersiap memakan asupan gula untuk makanan penutup. Para peneliti melakukan teknik yang memungkinkan menghidupkan dan mematikan neuron menggunakan cahaya atau optogenetika.
Saat sinyal POMC ke PVT diblokir, tikus akan memakan makanan penutup 40% lebih sedikit. Tim peneliti menyebut ini berarti jalur otak memainkan peranannya untuk mengonsumsi makanan penutup.
Peran Neurologis dalam Mengonsumsi Makanan Manis
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan manis bukan hanya sekadar keinginan sederhana, tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas saraf yang kompleks dalam otak manusia. Hipotalamus berfungsi sebagai pusat kendali otak yang mengatur berbagai respons tubuh, termasuk rasa lapar dan kenyang.
Dalam kasus konsumsi makanan manis, hipotalamus bekerja sama dengan sistem penghargaan otak untuk menciptakan rasa senang saat mengonsumsi gula. Hal ini menjelaskan mengapa meskipun tubuh sudah mendapatkan cukup energi, keinginan untuk makanan manis tetap ada.
Ketika seseorang makan makanan manis, dopamin dilepaskan di otak, memberikan perasaan bahagia dan puas. Sensasi ini memperkuat kebiasaan makan manis, bahkan setelah tubuh merasa kenyang. Efek ini mirip dengan kecanduan zat tertentu, di mana otak terus mencari sumber kenikmatan meskipun tidak lagi membutuhkannya secara fisik.
Dampak Kesehatan dari Konsumsi Gula Berlebih
Meskipun menikmati makanan manis bisa memberikan rasa senang sesaat, konsumsi gula berlebihan memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Beberapa di antaranya meliputi:
Obesitas - Gula berlebih dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan karena tubuh menyimpan kelebihan kalori dalam bentuk lemak.
Diabetes - Konsumsi gula tinggi dapat menyebabkan resistensi insulin dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Masalah Gigi - Gula merupakan penyebab utama kerusakan gigi dan gigi berlubang.
Peradangan dan Penyakit Jantung - Gula berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan peradangan kronis yang berkontribusi pada penyakit jantung.
Gangguan Metabolisme - Asupan gula tinggi dapat mengganggu fungsi metabolisme tubuh, menyebabkan gangguan seperti sindrom metabolik.
Cara Mengontrol Keinginan Makan Manis
Mengingat dampak negatif konsumsi gula berlebih, penting untuk mengetahui cara mengontrol keinginan makan manis. Beberapa strategi yang bisa diterapkan antara lain:
Mengonsumsi Protein dan Serat - Protein dan serat dapat membantu menyeimbangkan kadar gula darah dan mengurangi keinginan makan manis.
Minum Air Putih - Dehidrasi sering kali disalahartikan sebagai rasa lapar atau keinginan makan sesuatu yang manis.
Menghindari Makanan Olahan - Makanan olahan sering kali mengandung gula tersembunyi yang dapat memicu keinginan lebih lanjut.
Berolahraga - Aktivitas fisik dapat membantu mengatur kadar hormon yang mengontrol rasa lapar dan keinginan makan manis.
Tidur yang Cukup - Kurang tidur dapat meningkatkan produksi hormon ghrelin, yang mendorong rasa lapar dan keinginan makan gula.
Kesimpulan
Keinginan makan manis setelah kenyang bukan hanya disebabkan oleh kebiasaan, tetapi juga melibatkan proses neurologis dalam otak. Penelitian dari Max Planck Institute for Metabolism Research menunjukkan bahwa hipotalamus dan sistem penghargaan otak memainkan peran penting dalam menciptakan keinginan ini. Meskipun makanan manis dapat memberikan rasa senang, konsumsi gula berlebih dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami mekanisme di balik keinginan makan manis dan menerapkan strategi untuk mengontrolnya. Dengan begitu, kita bisa tetap menikmati makanan manis tanpa harus menghadapi dampak negatifnya bagi tubuh.