Meluruskan Stigma: Depresi Bukan Kemalasan atau Kurang Iman, Melainkan Gangguan Mental Serius
Tanggal: 1 Jun 2025 09:42 wib.
Tampang.com | Banyak di antara kita masih keliru memahami depresi sebagai bentuk kemalasan atau kurangnya semangat. Padahal, menurut Psikolog Ratih Zulhaqqi, depresi adalah gangguan mental serius yang memerlukan perhatian dan penanganan profesional. Pemahaman yang keliru ini sering kali menghambat penderita untuk mencari bantuan, padahal mereka membutuhkan dukungan dan empati.
Gejala Depresi yang Sering Disalahpahami Masyarakat
Ratih menjelaskan bahwa penderita depresi, terutama dalam kondisi kambuh (relapse), bisa mengalami kesulitan ekstrem bahkan hanya untuk membuka mata, apalagi berinteraksi atau melakukan aktivitas. Gejala yang kerap muncul meliputi keinginan terus tidur, menghindari interaksi sosial, mengurung diri, hingga merasa kelelahan yang luar biasa, baik secara fisik maupun emosional.
"Low energi (rendah energi) ini secara emosional, dan benar-benar rendah, yang membuat mereka tidak mampu melakukan hal sekecil apapun, bahkan mengangkat tubuh untuk duduk saja seakan sangat terasa sulit, dan memang mereka harus dibantu profesional," jelas Ratih. Kelelahan ini bukan sekadar capek biasa, melainkan kondisi energi yang sangat rendah sehingga menghambat aktivitas sehari-hari.
Pentingnya Terapi Profesional dan Dukungan Empati
Ratih menekankan pentingnya memiliki mekanisme pertahanan diri yang sehat, seperti regulasi emosi dan manajemen persepsi. Ia juga menyebut terapi profesional, seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dapat sangat membantu penderita untuk mengubah cara pandang negatif yang sering mereka alami.
Namun, stigma sosial kerap menjadi penghalang terbesar bagi penderita untuk mencari pertolongan. "Hal lain yang akhirnya membuat orang depresi dan pengidap masalah mental lainnya urung niat meminta pertolongan ke profesional adalah stigma negatif sosial, mereka akan dianggap gila, atau kurang iman," tambahnya.
Ratih menegaskan bahwa depresi bukanlah masalah kurang bersyukur atau lemahnya keimanan, melainkan kondisi medis yang nyata dan kompleks yang membutuhkan penanganan serius. Dengan pemahaman yang lebih baik dan dukungan yang empatik dari masyarakat, kita dapat membantu menciptakan ruang aman bagi penderita depresi untuk pulih tanpa takut dihakimi. Penting bagi kita untuk selalu mengingat bahwa depresi adalah kondisi medis, sama seperti penyakit fisik lainnya, yang membutuhkan penanganan yang tepat dan dukungan dari lingkungan sekitar