Manfaat Besar Tantrum untuk Tumbuh Kembang Anak
Tanggal: 27 Apr 2024 16:07 wib.
Tantrum merupakan fase yang normal dalam tumbuh kembang anak. Meskipun terkadang sulit untuk dihadapi, namun melarang anak untuk melakukan tantrum bukanlah solusi yang tepat. Para orang tua seharusnya memahami bahwa tantrum sebetulnya memiliki banyak manfaat untuk anak dan juga berperan penting dalam melatih kesehatan emosional serta tumbuh kembangnya.
Tantrum membantu anak mengatasi stres, meningkatkan kualitas tidur, membantu belajar, mengajarkan batasan dengan kata 'tidak', dan meningkatkan kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Tidak hanya bagi anak, tantrum juga bisa menjadi momen refleksi diri bagi orang tua dan melatih kesabaran dalam mengasuh buah hati.
Menghilangkan Stres
Ketika seorang anak tantrum, itu adalah cara dia melepaskan tekanan dan stres yang ada dalam dirinya. Anak-anak menangis keras, berteriak, dan mungkin saja berguling-guling. Memberikan kesempatan bagi anak untuk merilis perasaan negatifnya akan membantu tubuhnya melepaskan hormon stres atau kortisol yang terkandung dalam air mata. Setelah selesai menangis, anak akan merasa lebih lega dan tenang.
Menurut Deborah MacNamara, Ph.D., seorang pendidik orang tua, "Menangis bukanlah rasa sakit, tetapi proses menjadi tidak luka."
Meningkatkan Kualitas Tidur
Seringkali, anak yang terbangun dari tidurnya dan mulai tantrum sebenarnya sedang berusaha mengeluarkan emosi terpendam atau perasaan negatifnya. Di sinilah penting bagi orang tua untuk memberikan kesempatan pada anak untuk melepaskan perasaannya hingga tenang, kemudian memberikan dukungan emosional agar anak dapat tidur lebih lelap setelahnya.
Membantu Belajar
Tantrum yang disertai dengan tangisan juga dapat membantu anak dalam belajar. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak belajar lebih baik saat ia merasa rileks, bahagia, tanpa tekanan, dan saat mampu mengekspresikan gangguan emosinya. Hal ini mirip dengan perasaan lega dan tenang setelah seorang anak mengalami tantrum.
Mengajarkan Anak Tentang Batasan dengan Kata 'Tidak'
Setelah anak tenang, inilah saat yang tepat bagi orang tua untuk memberikan cinta, empati, dan pelukan. Orang tua memiliki kesempatan untuk menjelaskan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Memberikan pengertian bahwa menangis dan menjerit-jerit bukanlah cara yang baik untuk mengungkapkan emosi, dengan memberikan contoh perilaku yang lebih baik.
Meningkatkan Bonding Orang Tua dan Anak
Alih-alih memarahi atau menghukum anak saat tantrum, memberikan kesempatan pada anak untuk merilis perasaan negatifnya dan kemudian memberikan dukungan cinta dan kasih sayang akan memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak. Melalui proses tersebut, anak akan merasakan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, yang pada akhirnya akan menjadikan hubungan mereka lebih dekat.
Selain membantu anak, tantrum juga menjadi momen untuk orang tua untuk berefleksi dan melatih kesabaran dalam mengasuh anak. Proses mengasuh anak memang tidak mudah, namun dengan pemahaman dan kesabaran, tantrum anak dapat menjadi pengalaman belajar yang berharga.
Orang tua juga perlu membimbing anak saat tantrum, memberikan dukungan emosional, serta mendorong perkembangan positif setelah tantrum berakhir. Dengan pemahaman yang tepat tentang tantrum dan respons yang baik dari orang tua, tantrum anak dapat menjadi momen pembelajaran yang berharga bagi perkembangan anak.
Hal ini akan membantu anak dalam merespons perasaan negatifnya dengan lebih baik di masa depan. Dengan begitu, tantrum anak bukan lagi sebuah momok yang menakutkan, melainkan sebuah kesempatan bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara emosional.
Sikap bijaksana dan dukungan emosional yang tepat dari orang tua dapat membantu anak mengatasi tantrumnya dengan lebih baik dan memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.