Makanan Viral di Media Sosial, Tren Lezat yang Bisa Menyimpan Risiko Kesehatan!
Tanggal: 13 Mei 2025 23:13 wib.
Tampang.com | Dari mi pedas ekstrem hingga croffle berlapis topping gula, makanan viral di media sosial kerap menarik perhatian publik, terutama generasi muda. Tapi di balik tampilan menggiurkan dan popularitasnya, apakah makanan-makanan ini benar-benar aman bagi tubuh?
Ledakan Tren, Ledakan Kalori
Salah satu tren yang belakangan ini viral adalah makanan dengan porsi jumbo atau rasa ekstrem. Contohnya, burger setinggi 30 cm, minuman dengan 3 jenis topping gula, atau mi pedas dengan 10 level cabai.
“Sering kali yang viral adalah makanan yang tinggi garam, gula, dan lemak. Belum lagi porsi yang berlebihan, ini bisa menambah asupan kalori harian secara drastis,” jelas Dr. Hadi Prakoso, ahli gizi dari Jakarta.
Menurutnya, konsumsi berulang makanan seperti ini dapat memicu gangguan metabolisme, seperti peningkatan kadar gula darah, kolesterol tinggi, hingga obesitas.
Dampak Jangka Panjang dari ‘Makan Demi Konten’
Motivasi di balik konsumsi makanan viral kadang bukan karena lapar, melainkan demi konten media sosial. Tantangan makan pedas atau porsi besar menjadi ajang hiburan, tetapi justru bisa membahayakan kesehatan.
“Saya pernah coba tantangan minum boba 1 liter hanya demi views. Setelahnya saya merasa pusing dan mual selama dua hari,” kata Riko, 24 tahun, konten kreator kuliner.
Dr. Hadi menekankan bahwa efek jangka panjang dari kebiasaan seperti ini bisa berbahaya, mulai dari gangguan pencernaan, perlemakan hati, hingga ketidakseimbangan elektrolit akibat makanan ekstrem.
Kesadaran Nutrisi Harus Tetap Jadi Prioritas
Meski tak ada salahnya mencoba hal baru, masyarakat perlu bijak dalam menanggapi tren makanan. Membaca kandungan nutrisi, membatasi konsumsi makanan tinggi kalori, dan menjaga pola makan seimbang adalah kunci menjaga kesehatan di tengah gempuran konten kuliner.
“Jangan sampai demi konten atau FOMO, kita justru mempertaruhkan organ tubuh sendiri,” tegas Dr. Hadi.
Solusi: Seimbangkan Gaya Hidup dengan Literasi Gizi
Penting bagi masyarakat, terutama anak muda, untuk meningkatkan literasi gizi. Kampanye edukasi gizi oleh lembaga kesehatan, serta peran influencer yang bertanggung jawab, dapat membantu mengubah pola konsumsi yang lebih sadar dan sehat.
Makanan viral boleh saja dicoba, tapi jangan dijadikan kebiasaan. Tubuh bukan alat eksperimen, dan tren seharusnya tidak mengesampingkan keselamatan.