Lonjakan DBD 2024 Jadi yang Tertinggi Sepanjang Sejarah: Apa yang Salah dan Bagaimana Mencegahnya?
Tanggal: 17 Mei 2025 15:08 wib.
Demam berdarah dengue atau DBD, penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, kembali menjadi sorotan utama dunia kesehatan di Indonesia. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan bahwa jumlah kasus DBD pada tahun 2024 mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Fakta ini menegaskan bahwa meskipun DBD sudah dikenal luas oleh masyarakat, ancaman penyakit ini masih sangat nyata dan berbahaya.
Dalam sebuah webinar bertema Upaya Bersama dalam Penanggulangan Dengue, dr. Fadjar S.M. Silalahi selaku Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes RI menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2024, tercatat 257.455 kasus DBD dengan angka kematian mencapai 1.461 jiwa. Angka ini membuat 2024 menjadi tahun dengan kasus DBD tertinggi sejak pertama kali penyakit ini dideteksi di Indonesia.
“Tahun 2024 adalah tahun dengan kasus dengue tertinggi sepanjang sejarah di Indonesia. Adapun kematian yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam penanganan dan kurangnya edukasi masyarakat. Padahal, DBD adalah penyakit yang bisa dicegah,” ujar dr. Fadjar, Selasa (6/5/2025).
DBD Tidak Hanya Musiman, Tapi Ancaman Sepanjang Tahun
Salah satu kesalahan umum yang masih terjadi di masyarakat adalah menganggap DBD hanya muncul saat musim hujan. Padahal, berdasarkan data dari bulan April 2025, Kemenkes mencatat adanya 47.164 kasus baru dan 212 kematian akibat DBD. Meski ada penurunan jumlah dibandingkan tahun sebelumnya, bukan berarti bahaya DBD telah berlalu.
Dr. Fadjar menjelaskan bahwa ancaman DBD selalu ada sepanjang tahun karena faktor cuaca dan perubahan iklim yang kini semakin sulit diprediksi. Perubahan musim yang tidak menentu bisa memperpanjang masa hidup nyamuk dan mempercepat perkembangbiakan mereka.
“DBD bukanlah penyakit musiman. Ini bisa menyebar kapan saja sepanjang tahun, apalagi dengan pergeseran iklim yang mendukung populasi nyamuk terus bertahan,” jelasnya.
Nyamuk penyebab DBD sangat cepat berkembang biak di lingkungan lembap dan tergenang air. Oleh karena itu, musim hujan memang menjadi waktu paling rawan, tetapi bukan berarti musim kemarau bebas dari ancaman ini.
Strategi Nasional Kemenkes: Menuju Nol Kematian Akibat DBD di 2030
Tingginya angka kasus DBD yang terus berulang membuat Kemenkes mengambil langkah serius melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021-2025. Salah satu target utamanya adalah menghapus angka kematian akibat DBD di Indonesia pada tahun 2030.
Upaya ini melibatkan pendekatan yang komprehensif, mulai dari peningkatan edukasi publik, penguatan sistem deteksi dini, hingga pencegahan aktif melalui kebersihan lingkungan dan vaksinasi.
Kemenkes juga mengimbau agar seluruh lapisan masyarakat turut andil dalam mencegah penyebaran DBD. Langkah-langkah seperti menjaga kebersihan rumah, rutin menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak sangat dianjurkan.
Langkah Pencegahan yang Tidak Boleh Diabaikan
Mencegah DBD bukan hal yang sulit jika dilakukan secara konsisten. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan oleh masyarakat:
Menguras dan Menutup Tempat Penampungan Air
Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di genangan air bersih. Menguras bak mandi dan tempat penampungan lainnya secara berkala akan memutus siklus hidup nyamuk.
Mengubur atau Mendaur Ulang Barang Bekas
Barang bekas seperti kaleng, botol, dan ban bekas bisa menjadi sarang nyamuk jika terisi air hujan. Segera buang atau manfaatkan kembali agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Gunakan Kelambu dan Lotion Anti Nyamuk
Langkah proteksi diri sangat penting, terutama bagi anak-anak. Tidur dengan kelambu dan memakai lotion antinyamuk bisa membantu mengurangi risiko gigitan nyamuk.
Vaksinasi dan Pemeriksaan Dini
Kemenkes telah menyediakan vaksin sebagai upaya pencegahan tambahan, khususnya di daerah dengan risiko tinggi. Selain itu, jika merasakan gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, mual, dan ruam, sebaiknya segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat.
DBD Bukan Ancaman Biasa, Semua Orang Bisa Terinfeksi
Kesalahan persepsi bahwa DBD hanya menyerang anak-anak atau hanya berisiko di lingkungan kumuh harus segera diubah. Faktanya, semua orang dari segala usia dan latar belakang memiliki risiko yang sama untuk tertular virus dengue jika tidak menjaga lingkungan dan kebersihan diri.
Yang lebih memprihatinkan, banyak kasus kematian akibat DBD terjadi karena keterlambatan masyarakat dalam mengenali gejala dan mencari pertolongan medis. Edukasi dini dan kesadaran kolektif menjadi kunci penting untuk mengakhiri rantai penularan