Sumber foto: Google

Label Rendah Gula dan Tinggi Serat Marak, Fakta atau Sekadar Trik Marketing?

Tanggal: 15 Mei 2025 08:09 wib.
Tampang.com | Tren gaya hidup sehat mendorong banyak produsen makanan berlomba mencantumkan label seperti “rendah gula”, “tinggi serat”, hingga “organik” pada kemasan produk mereka. Tapi benarkah semua klaim tersebut dapat dipercaya?

Label Tidak Selalu Transparan
Meski aturan pelabelan sudah diatur oleh BPOM, banyak produk yang bermain di area abu-abu. Misalnya, produk minuman ringan yang mencantumkan klaim “rendah gula”, padahal tetap mengandung pemanis buatan atau gula tersembunyi dalam bentuk lain seperti sirup jagung fruktosa tinggi (HFCS).

“Konsumen sering terkecoh. Yang mereka kira sehat ternyata tetap memicu lonjakan gula darah,” jelas dr. Tania Hanafiah, ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada.

Manipulasi Servings dan Takaran Saji
Trik umum lain adalah menyiasati angka gizi per takaran saji. Satu bungkus granola bar bisa terdiri dari dua porsi, tetapi banyak konsumen mengonsumsinya sekaligus. Akibatnya, kandungan gula dan kalori yang dikonsumsi dua kali lipat dari yang tertera.

“Label bisa menipu jika kita tidak teliti membaca takaran saji,” tambah dr. Tania.

Klaim Tinggi Serat tapi Minim Manfaat
Beberapa produk camilan juga menampilkan klaim “tinggi serat”, namun kandungan seratnya berasal dari bahan aditif, bukan sumber alami seperti sayur atau biji-bijian. Kandungan serat sintetis ini tidak selalu memberi efek positif seperti serat alami.

Solusi: Literasi Gizi dan Regulasi Lebih Tegas
Para ahli menyerukan perlunya edukasi gizi yang lebih luas bagi masyarakat agar tidak hanya terpaku pada klaim besar di kemasan. Selain itu, BPOM dan Kementerian Kesehatan diminta memperketat regulasi dan melakukan audit lebih rutin terhadap pelabelan produk makanan.

“Jangan biarkan marketing menyesatkan kesehatan publik. Masyarakat berhak atas informasi nutrisi yang jujur,” tegas dr. Tania.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved