Kurang Tidur di Kota Besar, Ancaman Diam-diam bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Tanggal: 9 Mei 2025 06:36 wib.
Tampang.com | Gaya hidup cepat, tuntutan kerja yang tinggi, serta distraksi digital menyebabkan masyarakat kota besar di Indonesia semakin kurang tidur. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga menjadi akar berbagai masalah kesehatan fisik dan mental yang kerap tak disadari.
Data Kurang Tidur Semakin Mengkhawatirkan
Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2024, sekitar 35% masyarakat di wilayah urban mengalami gangguan tidur, mulai dari insomnia ringan hingga kronis. Kondisi ini diperburuk oleh kebiasaan begadang dan penggunaan gawai hingga larut malam.
“Kurang tidur itu efeknya akumulatif. Tidak hanya membuat tubuh lelah, tapi juga mempercepat penurunan fungsi otak dan daya tahan tubuh,” jelas dr. Yulia Pratama, Sp.S, dokter spesialis saraf di RSUD Jakarta.
Dampak Fisik dan Mental dari Kurang Tidur
Kurang tidur meningkatkan risiko penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes tipe 2, serta penyakit jantung. Dari sisi mental, kurang tidur berkaitan erat dengan gangguan kecemasan, depresi, dan penurunan konsentrasi.
“Tidur adalah proses biologis penting. Kalau kualitas dan durasinya terganggu, tubuh akan merespons dengan memperburuk metabolisme dan kesehatan mental,” tambah dr. Yulia.
Gaya Hidup Urban Memicu Insomnia
Ritme hidup di kota besar yang padat dan serba cepat menciptakan tekanan psikis yang memicu insomnia. Beban pekerjaan yang menumpuk serta kecanduan layar juga menunda waktu tidur secara signifikan.
“Banyak pasien saya yang merasa ‘bersalah’ kalau tidur cepat. Mereka terbiasa menyelesaikan pekerjaan larut malam atau berselancar di media sosial sebagai pelarian stres,” ujar Dira Ayuningtyas, psikolog dan peneliti tidur dari Universitas Indonesia.
Kurangnya Kesadaran dan Edukasi Tentang Tidur Sehat
Kesadaran masyarakat tentang pentingnya tidur sehat masih rendah. Banyak yang baru mencari pertolongan saat sudah mengalami gangguan serius, seperti kecemasan berlebih, mudah marah, atau kehilangan fokus ekstrem.
“Kita butuh kampanye tidur sehat, sama pentingnya seperti kampanye makan sehat. Tidur bukan kemewahan, tapi kebutuhan dasar,” tegas Dira.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk mengatasi kurang tidur, dibutuhkan rutinitas yang konsisten: tidur dan bangun di jam yang sama, menghindari kafein dan layar setidaknya satu jam sebelum tidur, serta menciptakan suasana kamar yang tenang dan gelap.
“Jika gangguan tidur terus berlanjut lebih dari dua minggu, sebaiknya konsultasi ke profesional. Jangan tunggu sampai muncul komplikasi fisik dan mental,” saran dr. Yulia.
Tidur Cukup, Langkah Kecil dengan Manfaat Besar
Memprioritaskan tidur bukan berarti kita lemah atau malas. Justru dengan tidur yang cukup, tubuh kita bisa berfungsi optimal, pikiran lebih jernih, dan emosi lebih stabil.
“Kualitas hidup seseorang sangat ditentukan dari kualitas tidurnya. Ini investasi yang murah, tapi berdampak besar,” pungkas Dira.