Konsumsi Gula Kian Tinggi, Waspadai Lonjakan Diabetes di Usia Muda!

Tampang.com | Konsumsi gula masyarakat Indonesia melonjak drastis dalam satu dekade terakhir. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, rata-rata orang Indonesia kini mengonsumsi lebih dari 30 gram gula tambahan per hari—melebihi batas anjuran WHO. Tak hanya memicu obesitas, kebiasaan ini juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2, bahkan di usia produktif.

Minuman Manis Jadi Primadona, Bahaya Tak Disadari

Minuman berpemanis seperti kopi susu, boba, dan minuman serbuk instan menjadi konsumsi harian sebagian besar anak muda. Sayangnya, kandungan gulanya bisa mencapai 3–5 kali lipat dari batas sehat harian dalam satu gelas.

“Banyak remaja minum boba tiap hari, padahal satu porsi bisa mengandung 20–40 gram gula. Ini sudah lampu merah,” ujar dr. Niken Pratiwi, spesialis gizi dari RSUD Dr. Soetomo.

Diabetes Semakin Dini, Tren yang Mengkhawatirkan

Laporan terbaru Ikatan Dokter Indonesia menyebutkan bahwa kasus diabetes pada usia 20–35 tahun naik hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Gaya hidup sedentari ditambah konsumsi gula tinggi jadi faktor utama.

“Kalau dulu diabetes muncul di usia 50-an, sekarang banyak pasien usia 25 tahun sudah pakai insulin,” tambah dr. Niken.

Iklan dan Label Makanan Masih Menyesatkan

Meski pemerintah telah mewajibkan pencantuman kadar gula pada kemasan, banyak produk tetap memanipulasi persepsi dengan klaim seperti “rendah gula” atau “lebih sehat”. Padahal, kandungan gulanya tetap tinggi.

“Banyak masyarakat tidak paham cara membaca label gizi. Ini celah yang dimanfaatkan industri,” ujar Yayasan Konsumen Indonesia.

Solusi: Edukasi Publik dan Pembatasan Iklan

Pemerintah perlu mendorong kampanye publik tentang risiko konsumsi gula berlebihan. Selain itu, pembatasan iklan minuman berpemanis—terutama yang menyasar anak dan remaja—juga menjadi hal mendesak.

“Kalau tidak dikendalikan sekarang, kita akan panen generasi muda dengan penyakit kronis,” tegas dr. Niken.