Sumber foto: Google

Konsumsi Gula Berlebihan, Ancaman Manis yang Membunuh Diam-diam

Tanggal: 9 Mei 2025 06:35 wib.
Tampang.com | Gula telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Mulai dari teh manis di pagi hari hingga camilan dan minuman boba yang digemari anak muda, konsumsi gula kerap tidak disadari melampaui batas wajar. Padahal, kelebihan gula bisa menjadi pemicu utama penyakit kronis yang mematikan.

Data Konsumsi Gula Sudah Melampaui Batas Aman
Menurut Kementerian Kesehatan RI, konsumsi gula per kapita masyarakat Indonesia rata-rata mencapai 35–40 gram per hari, melebihi rekomendasi WHO yang hanya 25 gram per hari. Ironisnya, sebagian besar masyarakat bahkan tidak menyadari kandungan gula tersembunyi dalam makanan dan minuman kemasan.

“Banyak orang tidak sadar bahwa satu gelas minuman kekinian bisa mengandung lebih dari 10 sendok teh gula. Itu sudah melebihi ambang batas harian hanya dari satu minuman saja,” ungkap Irma Damayanti, M.Gz, ahli gizi dari Surabaya.

Dampak Gula Berlebih Terhadap Kesehatan
Kelebihan konsumsi gula berkaitan erat dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, obesitas, penyakit jantung, hingga perlemakan hati. Bahkan, anak-anak yang terbiasa mengonsumsi makanan manis sejak dini berisiko mengalami gangguan metabolik di usia dewasa.

“Gula memengaruhi kerja insulin dalam tubuh. Jika dikonsumsi berlebihan secara terus-menerus, tubuh menjadi kebal terhadap insulin dan memicu diabetes. Ini proses yang diam-diam tapi fatal,” jelas dr. Iqbal Nurdiansyah, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam.

Gaya Hidup dan Kebiasaan yang Membentuk Ketergantungan
Banyak masyarakat yang terbiasa menggunakan gula untuk ‘meningkatkan energi’ atau sebagai penenang saat stres. Pola ini jika terus dibiarkan akan menciptakan ketergantungan terhadap rasa manis.

“Tubuh bisa menjadi terbiasa dengan sensasi manis, sehingga saat mengurangi asupan gula, kita merasa lemas atau mudah marah. Ini semacam efek withdrawal yang mirip dengan adiksi ringan,” jelas Irma.

Peran Industri Makanan dan Labelisasi Gizi
Salah satu tantangan dalam mengurangi konsumsi gula adalah minimnya edukasi dan labelisasi yang jelas pada produk makanan dan minuman. Banyak produk yang mencantumkan kadar gula dalam bentuk gram tanpa konversi praktis yang mudah dipahami masyarakat awam.

“Label gizi seharusnya dilengkapi dengan indikator warna atau simbol untuk menunjukkan tinggi-rendahnya kandungan gula. Saat ini terlalu teknis dan sulit dipahami,” tegas dr. Iqbal.

Solusi dan Langkah Preventif
Mengurangi konsumsi gula bukan berarti menghilangkan rasa manis sepenuhnya. Penggantian dengan pemanis alami seperti madu dalam takaran wajar, serta edukasi keluarga sejak dini dapat menjadi langkah awal.

“Mulai dari rumah. Kurangi kebiasaan menyajikan teh atau kopi manis, dan ganti camilan tinggi gula dengan buah-buahan segar. Ini langkah kecil yang punya dampak besar,” ujar Irma.

Menjaga Asupan Gula, Menjaga Masa Depan
Mengendalikan konsumsi gula adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan jangka panjang. Gula memang manis, tapi bahayanya bisa pahit di masa depan.

“Tidak ada yang salah dengan rasa manis, tapi harus dalam kendali. Jangan sampai kita menikmati yang manis hari ini, tapi membayar mahal dengan kesehatan esok hari,” tutup dr. Iqbal.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved