Komentar Profesor Genetika IPB tentang Kematian Penerima Donor Ginjal Babi
Tanggal: 18 Mei 2024 10:43 wib.
Guru Besar Bidang Genetika di IPB University, Ronny Rachman Noor, memberikan komentarnya mengenai kematian pasien pertama yang menerima donor ginjal babi. Richard 'Rick' Slayman dinyatakan meninggal pada Sabtu lalu, hanya dua bulan setelah menjalani xenotransplantasi di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Amerika Serikat.
Menurut Ronny, meskipun pasien akhirnya meninggal, teknik rekayasa genetika yang tercapai memberikan harapan baru bagi jutaan pasien gagal ginjal di seluruh dunia. "Lompatan yang sangat penting dalam mengatasi kekurangan organ di seluruh dunia," komentar Ronny melalui keterangan tertulis, Jumat 17 Mei 2024.
Ronny menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan terkait transplantasi ginjal babi ke manusia mengalami progres yang sangat pesat. Salah satu teknologi yang digunakan adalah pengeditan gen yang dapat mengatasi masalah penolakan organ oleh tubuh penerima. Dia menjelaskan bahwa teknologi edit gen agar organ dari babi dapat diterima tubuh manusia melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah menghilangkan gen tertentu dari babi yang bereaksi terhadap antibodi manusia. Selanjutnya, ditambahkan gen tertentu dari manusia untuk meningkatkan kecocokan ginjal dengan manusia. Tahap terakhir adalah menonaktifkan virus yang terdapat di genom babi untuk mengurangi risiko infeksi pada penerimanya.
Perkembangan teknologi yang cepat ini menimbulkan harapan baru bagi pasien yang menunggu donor organ secara konvensional. Ronny memberikan data kekurangan organ untuk transplantasi, seperti ginjal dari manusia, yang disebutnya sudah sangat kronis. Sebagai contoh, di Australia terdapat sebanyak 1.400 pasien yang menunggu transplantasi ginjal, sedangkan di Amerika angkanya mencapai 96.500 orang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan para peneliti di dunia, transplantasi dianggap sebagai cara yang efektif ketika pasien mengalami gagal ginjal akut. Hasil studi yang dilakukan oleh National Kidney Foundation di Australia menunjukkan bahwa orang dengan transplantasi ginjal hidup lebih lama dibandingkan mereka yang menjalani dialisis (cuci darah) rutin.
Dalam kasus Richard Slayman, rumah sakit menyatakan tidak melihat indikasi dari transplantasi itu sebagai penyebab kematian pria berusia 62 tahun tersebut. Sebaliknya, tim dokter yakin ginjal donor itu seharusnya mampu bertahan sedikitnya selama dua tahun.
Dalam beberapa dekade terakhir, para peneliti di seluruh dunia telah mengeksplorasi penggunaan organ dan jaringan hewan yang ditransplantasikan pada manusia. Salah satu contoh adalah pada tahun 1984, ketika bayi pertama kali menjalani xenotransplantasi dengan menerima jantung babon dan dapat bertahan hidup selama 21 hari.
Organ babi lebih banyak digunakan dalam penelitian karena ukurannya hampir serupa dengan milik manusia. Tidak hanya organ, namun pemanfaatannya pun mencakup insulin diabetes dan jaringan untuk katup jantung.
Ginjal babi yang telah menjalani rekayasa genetika sebelumnya telah berhasil dicangkokkan ke monyet dan dapat bertahan hidup selama rata-rata 176 hari, bahkan beberapa kasus lainnya dapat bertahan hidup selama lebih dari dua tahun. Selain ginjal, organ lain seperti jantung babi juga didonorkan menggunakan teknologi yang hampir sama.
Keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia memang menimbulkan harapan baru bagi jutaan pasien di seluruh dunia. Namun, kontroversi yang menyertainya kemungkinan besar tidak pernah hilang. Salah satu masalah yang diangkat adalah masalah etika. Selain itu, bagi umat muslim, organ yang berasal dari babi mungkin akan ditolak karena masalah kehalalan. Sedangkan aktivis dan pecinta hewan menyatakan bahwa hewan, sekalipun tidak layak dikorbankan untuk kepentingan manusia.
Ronny menjelaskan secara terperinci tentang perkembangan teknologi terkait xenotransplantasi, termasuk pengeditan gen yang memungkinkan organ babi diterima oleh tubuh manusia, mengurangi risiko penolakan, dan menghilangkan virus pada genom babi. Semua ini memberikan harapan baru bagi jutaan pasien gagal ginjal di seluruh dunia.
Artikel juga mengulas kontroversi yang muncul seiring dengan keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia, termasuk masalah etika dan pandangan agama tentang penggunaan organ hewan. Artikel ini memberikan gambaran yang mendalam tentang situasi saat ini dalam studi xenotransplantasi, serta bagaimana hal ini mempengaruhi masyarakat dan pasien yang akan menjalani prosedur transplantasi ginjal di masa depan. Dengan begitu, kita dapat lebih memahami implikasi dan kondisi terkini terkait perkembangan teknologi xenotransplantasi dan harapannya bagi jutaan pasien gagal ginjal di seluruh dunia.