Ketimpangan Kesehatan: Mengapa Orang Indonesia Pilih Malaysia dan Singapura?
Tanggal: 24 Des 2024 21:31 wib.
Sekitar Rp180 triliun devisa negara per tahun hilang akibat warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri. Catatan pemerintah menunjukkan bahwa negara tujuan berobat favorit masyarakat Indonesia antara lain Singapura, Malaysia, Jepang, dan Amerika Serikat.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Adib Khumaidi, banyaknya orang Indonesia berobat ke luar negeri disebabkan oleh beberapa faktor. Selain biaya obat dan transportasi yang lebih murah dibandingkan di Indonesia, juga ada kenyamanan komunikasi antara pasien dan dokter di luar negeri.
Ia menyatakan, "Kenapa pembiayaan murah? Karena ada kebijakan negara, regulasi negara soal free tax khususnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat." Karena faktor ini, banyak warga Indonesia memilih mencari pengobatan di luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Adib menambahkan bahwa salah satu alasan pasien memilih berobat ke luar negeri, seperti Malaysia atau Singapura, adalah karena komunikasi dengan dokter di sana dianggap lebih baik daripada di Indonesia.
Data menunjukkan bahwa lebih dari 1 juta orang Indonesia pergi ke luar negeri untuk berobat, menyebabkan potensi nilai ekonomi yang hilang bagi Indonesia. Rasio dokter di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan standar Dunia. Jumlah dokter di Indonesia saat ini hanya mencapai 0,47 per 1.000 penduduk, jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan 1 dokter per 1.000 penduduk.
Menurut WHO dan World Bank, rasio jumlah dokter di Indonesia berada di 0,47 per 1.000 penduduk, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan rasio dokter terendah ketiga di ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam sektor kesehatan.
Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan masalah ini dengan serius karena tidak hanya berkaitan dengan kesehatan masyarakat tetapi juga berdampak pada perekonomian negara.
Langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan antara lain meningkatkan jumlah dokter, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dan menyesuaikan regulasi terkait biaya kesehatan yang lebih memihak kepada masyarakat. Diperlukan sinergi antara pemerintah, praktisi kesehatan, serta lembaga terkait guna mengatasi masalah ini secara komprehensif.