Ketahui Periode Emas untuk Kesembuhan Stroke Anda

Tanggal: 25 Apr 2018 13:36 wib.
Istilah periode emas atau golden period memang sering kita dengar berkaitan dengan masa pertumbuhan anak-anak. Akan tetapi, istilah itu juga muncul ketika berbicara tentang penanganan stroke. Bila penderita stroke langsung ditangani dalam periode emas tersebut, harapan akan semakin tinggi untuk kesembuhan dan bisa menjalani hidup yang tanpa cacat.

Cacat memang menjadi satu kata yang melekat dengan stroke. Stroke adalah penyakit yang menyebabkan kematian dan kecacatan nomor satu di Indonesia dan di dunia. Kalau dari jumlah penderita, stroke memang berada di urutan ketiga. Akan tetapi, angka kematian dan kecacatannya nomor satu.

Kematian dan kecacatan bisa terjadi karena masyarakat masih mengabaikan anjuran untuk segera datang ke rumah sakit bila pernah mengalami, ada pasien yang datang dibawa oleh keluarganya dua hari bahkan satu minggu setelah serangan stroke. Hal itu sangat sulit untuk mencapai penyembuhan yang optimal.

Periode emas penanganan penderita stroke yang 85% akibat penyumbatan pembuluh darah adalah maksimum 4,5 jam setelah serangan terjadi. Saat penderita dibawa ke rumah sakit, tindakan yang akan dilakukan adalah dengan trombolitik intravena. Trombolitik adalah upaya untuk menghancurkan sumbatan di pembuluh darah otak yang sudah mengakibatkan stroke terjadi.

Kesembuhan bukan menjadi hal yang tidak mungkin bila penderita segera ditangani dengan trombolitik. Trombolitik masih bisa dilakukan ketika penderita datang dalam periode waktu 4,5-6 jam setelah serangan terjadi. Secara teknis, trombolitik disebut intraarteri karena memang harus dimasukkan melalui pembuluh darah arteri dan dilakukan di ruangan khusus (cath lab).

Penyembuhan optimal masih bisa diupayakan ketika penderita stroke datang ke rumah sakit pada periode 6-12 jam setelah serangan stroke. Tindakan yang akan dilakukan untuk pasien tersebut dinamakan trombektomi.

Trombektomi memakai alat khusus berupa stent retriever. Stent dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang tersumbat, menembus sumbatan, lalu stent ditarik keluar bersama sumbatan. Sumbatan itu adalah campuran bekuan darah dan lemak. Tindakan ini juga dikerjakan di ruangan cath lab. Stent retriever sudah ada di Indonesia, tetapi harganya relatif mahal.

Tahapan pengobatan stroke berdasarkan waktu kedatangan penderita ke rumah sakit itu memang berkaitan juga dengan biaya pengobatannya. Penanganan trombolitik intravena lebih rendah biayanya dibandingan dengan intraarteri dan trombektomi membutuhkan biaya yang lebih besar lagi.

Apalagi, plafon biaya penanganan stroke tipe sumbatan ataupun yang perdarahan oleh pihak jaminan kesehatan pemerintah (BPJS) sangat kecil dan jauh dari dana yang dibutuhkan. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih sadar dan waspada untuk membawa keluarganya yang terkena stroke secepat mungkin dalam masa periode emas itu.

Selain itu, sebaiknya masyarakat mengubah gaya hidupnya yang menjadi faktor risiko terjadinya stroke seperti kegemukan, merokok, peminum alkohol, kurang beraktivitas fisik, dan pola makan yang salah seperti terlalu banyak gula, garam, dan lemak.

Risiko stroke memang meningkat sejak usia 45 tahun, meskipun sudah ada yang mengalaminya ketika masih berusia 30-an. Setelah usia 50 tahun, setiap penambahan usia 3 tahun maka akan ada peningkatan risiko stroke sebesar 11% - 20%.

Biaya kesehatan akan lebih murah kalau menjaga kesehatan dengan gaya hidup yang sehat. Bila sudah stroke lalu tidak dibawa segera ke RS yang memiliki peralatan lengkap dan ditangani dokter yang tepat yaitu spesialis saraf, risikonya adalah cacat fisik kelumpuhan. Karena tidak bisa beraktivitas, harus berhenti bekerja akhirnya depresi muncul dan pada gilirannya keluarga di sekelilingnya pun depresi. Harapan itu ada asalkan datang secepatnya untuk ditangani dalam periode emasnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved