Kesehatan Mental Remaja, Ancaman yang Sering Diabaikan di Tengah Tekanan Sosial dan Akademik
Tanggal: 9 Mei 2025 06:36 wib.
Tampang.com | Kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia mengalami krisis yang tak terlihat. Tekanan akademik, pengaruh media sosial, dan kurangnya dukungan emosional membuat banyak remaja rentan mengalami gangguan kecemasan, stres berlebih, hingga depresi. Data dari Riskesdas menunjukkan peningkatan signifikan gangguan mental pada usia 15–24 tahun. Sayangnya, masalah ini sering diabaikan atau dianggap sebagai hal biasa oleh lingkungan sekitar.
Tekanan Akademik dan Sosial Menjadi Pemicu Utama
Menurut WHO, lebih dari 1 dari 7 remaja di dunia mengalami gangguan mental, dan kondisi ini kerap muncul di usia sekolah menengah. Di Indonesia, tekanan akademik yang tinggi dan ekspektasi orang tua menjadi faktor dominan.
“Remaja saat ini berada dalam tekanan luar biasa. Tuntutan nilai, persaingan masuk perguruan tinggi, dan ekspektasi dari lingkungan sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya,” jelas Rini Andalasari, M.Psi., psikolog klinis di Jakarta.
Media Sosial Memperparah Kondisi Mental Remaja
Media sosial juga berperan besar dalam memperburuk kondisi mental. Remaja kerap membandingkan diri dengan standar tidak realistis yang mereka lihat di platform digital.
“Banyak remaja merasa cemas jika tidak mendapat respons di media sosial atau melihat teman-temannya tampak lebih 'sukses' secara sosial. Ini memicu rasa rendah diri dan isolasi,” tambah Rini.
Kurangnya Akses dan Pemahaman Kesehatan Mental
Di banyak sekolah, fasilitas konseling masih minim dan stigma terhadap kesehatan mental membuat siswa enggan mencari bantuan.
“Kadang siswa datang ke ruang BK bukan karena ingin curhat, tapi karena dipanggil karena masalah disiplin. Ruang untuk curhat masih belum dianggap penting,” ujar Ardi, guru BK di sebuah SMA negeri di Bandung.
Peran Orang Tua dan Sekolah dalam Deteksi Dini
Orang tua dan sekolah memiliki peran penting dalam mendeteksi dan menangani masalah ini. Edukasi tentang kesehatan mental, komunikasi terbuka, dan dukungan emosional adalah langkah awal yang sangat vital.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan sistem pendidikan formal. Orang tua harus menjadi pendengar yang aktif dan tidak menghakimi anak-anak mereka,” kata Rini.
Langkah Preventif dan Penanganan yang Diperlukan
Deteksi dini gangguan mental sangat penting. Remaja perlu diajak berdiskusi tentang perasaan mereka, serta diberikan ruang aman untuk mengekspresikan diri. Pemeriksaan psikologis secara berkala di sekolah bisa menjadi solusi.
“Jika ada gejala seperti menarik diri, perubahan pola tidur, atau penurunan prestasi drastis, itu tanda alarm yang harus segera ditindaklanjuti,” ujar Rini.
Kesehatan Mental, Investasi untuk Masa Depan Bangsa
Mengabaikan kesehatan mental remaja sama dengan mengabaikan masa depan bangsa. Dukungan dari keluarga, sekolah, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membentuk generasi muda yang tangguh secara mental dan emosional.
“Kesehatan mental bukan hal remeh. Itu fondasi utama untuk membentuk pribadi yang produktif dan mampu berkontribusi di masa depan,” tegas Rini.