Sumber foto: Google

Kesehatan Mental di Kantor, Mengapa Masih Terabaikan Meski Dampaknya Besar?

Tanggal: 13 Mei 2025 23:15 wib.
Tampang.com | Kesehatan mental di tempat kerja semakin menjadi perhatian utama di seluruh dunia. Namun, meskipun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental meningkat, banyak perusahaan di Indonesia yang masih belum memberikan perhatian yang cukup terhadap masalah ini. Stres berlebihan, burnout, dan kecemasan kerap dialami oleh para pekerja, namun solusi yang efektif sering kali kurang tersedia.

Tantangan Stres dan Burnout yang Semakin Meningkat
Setiap harinya, para pekerja dihadapkan dengan tekanan tinggi dan tenggat waktu yang ketat. Ditambah lagi dengan beban kerja yang semakin meningkat, banyak yang merasa kewalahan dan tertekan. Kondisi ini dapat memicu burnout, yang berakibat pada penurunan produktivitas dan gangguan kesehatan mental yang lebih serius.

“Beberapa kali saya merasa sangat lelah, tidak ada energi sama sekali untuk bekerja. Saya merasa burnout, tapi saya merasa tidak ada tempat untuk mengadu,” ujar Rina, 32, karyawan di sebuah perusahaan teknologi.

Kurangnya Dukungan dan Kebijakan dari Perusahaan
Meskipun perusahaan berfokus pada produktivitas dan profitabilitas, banyak yang masih mengabaikan pentingnya memberikan dukungan kesehatan mental kepada karyawan. Beberapa perusahaan bahkan tidak memiliki kebijakan atau program yang jelas untuk membantu karyawan yang menghadapi masalah mental dan emosional.

“Di perusahaan saya, kami punya sesi konsultasi dengan HRD, tapi itu lebih fokus pada masalah pekerjaan, bukan kesejahteraan mental. Jika kamu butuh dukungan psikologis, harus bayar sendiri,” kata Anton, 40, seorang manajer di perusahaan retail.

Stereotip dan Stigma Terhadap Kesehatan Mental
Di Indonesia, masih banyak stigma negatif yang mengelilingi topik kesehatan mental, terutama di lingkungan kerja. Banyak orang yang merasa takut untuk berbicara tentang masalah mental mereka karena takut dianggap lemah atau tidak kompeten.

“Banyak yang berpikir kalau mengeluh tentang stres itu cuma cari alasan atau enggak bisa kerja. Padahal, stres itu nyata dan bisa memengaruhi kinerja kita,” jelas Maya, 27, seorang desainer grafis.

Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi yang Terabaikan
Tuntutan pekerjaan yang berlebihan sering kali membuat karyawan mengabaikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka cenderung mengorbankan waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan kegiatan yang menyenangkan demi memenuhi target pekerjaan.

“Semakin banyak waktu di kantor, semakin sedikit waktu untuk keluarga. Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya punya waktu untuk diri sendiri,” ujar Farhan, 35, seorang eksekutif pemasaran.

Solusi: Meningkatkan Kesadaran dan Dukungan di Tempat Kerja
Para ahli menyarankan agar perusahaan mulai memberikan perhatian serius terhadap kesehatan mental karyawan, bukan hanya fisik mereka. Membuka jalur komunikasi, menyediakan akses ke layanan konseling, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung kesejahteraan mental bisa menjadi langkah awal.

“Perusahaan harus berinvestasi dalam kesehatan mental. Memberikan ruang untuk berbicara tentang stres dan burnout, serta menyediakan program kesejahteraan mental yang jelas dan mudah diakses,” tambah Dr. Indra, psikolog organisasi.

Kesehatan mental yang baik di tempat kerja tidak hanya menguntungkan karyawan, tetapi juga perusahaan itu sendiri. Karyawan yang sehat secara mental lebih produktif, lebih kreatif, dan lebih loyal terhadap perusahaan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved