Kenapa Warga Indonesia Lebih Pilih Berobat ke Luar Negeri? Inilah Alasan di Balik Fenomena Ini
Tanggal: 30 Apr 2025 09:11 wib.
Seiring dengan meningkatnya kualitas hidup, semakin banyak warga Indonesia, khususnya dari kalangan kelas menengah dan atas, yang memilih berobat ke luar negeri, terutama ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Penang, Malaysia, sudah lama dikenal sebagai destinasi utama wisata kesehatan bagi warga Indonesia yang ingin mendapatkan perawatan medis. Fenomena ini mengundang perhatian, terutama mengingat Indonesia juga memiliki rumah sakit dengan fasilitas medis yang memadai.
Namun, alasan di balik keputusan untuk berobat ke luar negeri ternyata tidak hanya soal harga yang lebih murah. Faktor kenyamanan dan kemudahan proses perawatan di luar negeri menjadi alasan penting yang membuat warga Indonesia memilih untuk tidak menjalani pengobatan di tanah air. Hal ini diungkapkan oleh dr. Adib Khumaidi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), yang menyoroti masalah komunikasi antara pasien dan dokter di Indonesia sebagai salah satu penyebab utama fenomena ini.
Faktor Komunikasi Menjadi Pertimbangan Utama
Menurut dr. Adib, salah satu hal yang sering disoroti pasien adalah kualitas komunikasi antara dokter dan pasien. “Kami sekarang selalu mengatakan kemampuan komunikasi pada dokter di Indonesia harus ditingkatkan, karena salah satu dasar pasien berobat ke luar negeri, berobat ke Malaysia, atau Singapura, itu salah satunya karena faktor komunikasinya yang mereka anggap lebih enak di sana daripada di Indonesia,” ujarnya.
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien mempengaruhi kenyamanan pasien dalam menjalani proses perawatan. Di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, sistem komunikasi medis cenderung lebih efisien dan transparan, yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien. Sebaliknya, banyak pasien di Indonesia merasa tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari tenaga medis di dalam negeri.
Kebijakan Kesehatan yang Menguntungkan di Luar Negeri
Selain faktor komunikasi, biaya perawatan yang lebih murah juga menjadi alasan penting mengapa banyak warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Di Malaysia, misalnya, ada kebijakan negara dan regulasi yang memberikan bebas pajak untuk pelayanan kesehatan, menjadikan biaya perawatan jauh lebih terjangkau dibandingkan di Indonesia. dr. Adib menjelaskan, kebijakan tersebut membantu negara-negara seperti Malaysia dan Singapura untuk menarik lebih banyak pasien internasional, termasuk dari Indonesia.
"Kenapa pembiayaan murah? Karena ada kebijakan negara, regulasi negara soal free tax khususnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat," tambahnya. Kebijakan ini memberikan keuntungan baik bagi rumah sakit maupun pasien, sehingga banyak warga Indonesia yang beralih ke negara tetangga untuk mendapatkan pelayanan medis yang lebih terjangkau namun tetap berkualitas.
Potensi Kerugian Ekonomi yang Terjadi
Fenomena berobat ke luar negeri ini ternyata membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri mengungkapkan bahwa lebih dari 1 juta orang Indonesia setiap tahunnya pergi ke luar negeri untuk berobat. Potensi kerugian yang diakibatkan oleh fenomena ini cukup besar, yakni sekitar US$11,5 miliar, yang jika dihitung dengan nilai tukar saat ini setara dengan Rp 180 triliun. Angka yang fantastis ini menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan sumber daya ekonomi yang seharusnya bisa digunakan untuk mengembangkan sektor kesehatan dalam negeri.
Menurut Jokowi, banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri karena mereka merasa mendapatkan pelayanan medis yang lebih baik, meskipun pemerintah telah berusaha memperbaiki kualitas layanan kesehatan di dalam negeri. Ketidakpuasan terhadap kualitas pelayanan di rumah sakit Indonesia menjadi alasan kuat mengapa banyak orang lebih memilih negara tetangga sebagai tujuan pengobatan.
Krisis Dokter Spesialis: Masalah yang Membuat Warga "Kabur" ke Luar Negeri
Selain faktor harga dan kenyamanan, masalah serius yang menyebabkan banyak warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri adalah kekurangan dokter spesialis di dalam negeri. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Indonesia tengah mengalami krisis dokter spesialis yang akut. Salah satu penyebab utama masalah ini adalah sistem pendidikan dokter spesialis yang terlalu membebani peserta didik.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, calon dokter spesialis harus berhenti bekerja dan membayar biaya pendidikan yang sangat tinggi untuk melanjutkan studi mereka. Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang menerapkan sistem ini, di mana dokter spesialis tidak bisa bekerja sambil melanjutkan pendidikan. "Kita ini unik sendiri di dunia. Di luar negeri, dokter spesialis tetap bekerja dan digaji selama pendidikan. Kita malah harus berhenti kerja, bayar mahal, dan baru bisa praktek lagi setelah lulus," ujar Budi saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI pada 29 April 2025.
Sistem pendidikan yang demikian membuat produksi dokter spesialis di Indonesia sangat terbatas, sementara kebutuhan akan tenaga medis di berbagai daerah terus meningkat. Kekurangan dokter spesialis ini membuat banyak pasien memilih untuk mencari pengobatan di luar negeri, terutama di negara-negara yang memiliki lebih banyak tenaga medis terlatih dan siap pakai.
Solusi dan Reformasi yang Diperlukan
Sebagai langkah untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia berencana untuk mereformasi sistem pendidikan dokter spesialis. Salah satu usulan yang diajukan adalah mengadopsi model pendidikan yang memungkinkan calon dokter spesialis untuk tetap bekerja dan mendapatkan gaji selama pendidikan, seperti yang diterapkan di negara-negara maju. Dengan demikian, diharapkan produksi dokter spesialis akan meningkat, sehingga pelayanan medis di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara merata.
Selain itu, pengembangan sistem komunikasi medis yang lebih baik dan peningkatan kualitas rumah sakit di Indonesia juga menjadi prioritas untuk menarik kembali pasien yang selama ini berobat ke luar negeri. Pemerintah berharap dengan adanya reformasi ini, krisis dokter spesialis dapat segera teratasi, dan Indonesia tidak lagi kehilangan potensi ekonomi yang besar akibat banyaknya warga yang berobat ke luar negeri.