Sumber foto: iStock

Kenapa Tiba-Tiba Meninggal Saat Olahraga? Ini Penjelasan Dokter Jantung yang Harus Kamu Tahu!

Tanggal: 30 Apr 2025 09:15 wib.
Olahraga selama ini dikenal luas sebagai salah satu kebiasaan sehat yang sangat dianjurkan. Selain menyenangkan, aktivitas fisik ini terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh, memperkuat otot, serta menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, tak sedikit pula kabar mengejutkan tentang seseorang yang meninggal mendadak saat sedang berolahraga. Fenomena ini sering menimbulkan pertanyaan: bagaimana mungkin aktivitas sehat justru bisa berujung kematian?

Salah satu peristiwa yang ramai diperbincangkan adalah meninggalnya atlet bulutangkis muda asal China, Zhang Zhi Jie. Ia dikabarkan meninggal dunia karena mengalami henti jantung saat bertanding dalam Kejuaraan Bulutangkis Asia Junior 2024 yang berlangsung di GOR Amongrogo, Yogyakarta, pada Minggu, 30 Juni 2024. Insiden ini sontak mengejutkan publik dan memunculkan kekhawatiran tentang risiko kematian mendadak saat olahraga.

Melansir dari Detikcom, penyebab umum meninggal mendadak ketika berolahraga sering kali dikaitkan dengan kondisi jantung yang tiba-tiba berhenti bekerja. Henti jantung ini bisa disebabkan oleh gangguan listrik pada jantung yang mendadak, sehingga jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah sudden cardiac arrest.

Menanggapi fenomena ini, dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), seorang konsultan kardiologi intervensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, menjelaskan bahwa olahraga sebetulnya bukan penyebab langsung dari kematian mendadak. Ia menegaskan, olahraga justru memberikan banyak manfaat bagi tubuh, termasuk meningkatkan fungsi sistem kardiovaskular yang bertanggung jawab terhadap kerja jantung dan aliran darah.

"Jangan buru-buru menarik kesimpulan bahwa olahraga berbahaya. Faktanya, olahraga telah lama terbukti bisa memperbaiki berbagai aspek kesehatan, terutama sistem jantung dan pembuluh darah," ujar dr Vireza.

Namun, dokter spesialis jantung ini menekankan pentingnya memperhatikan jenis dan intensitas olahraga. Menurutnya, kesalahan dalam memilih jenis olahraga atau memaksakan diri melebihi batas kemampuan tubuh bisa memicu dampak negatif, terutama pada orang dengan kondisi medis tertentu. Ia pun mempertanyakan, “Sudah tepatkah olahraga yang dilakukan?”

Lebih lanjut, dr Vireza mengungkapkan bahwa olahraga yang dilakukan oleh atlet profesional berbeda dengan olahraga bagi masyarakat umum. Atlet menjalani program latihan dan pola makan yang ketat dan terencana, serta terus dipantau oleh tim medis. Fisik mereka memang dibentuk untuk menghadapi intensitas latihan yang tinggi. Berbeda dengan orang biasa yang mungkin tidak memiliki ketahanan fisik serupa atau bahkan memiliki riwayat penyakit yang tersembunyi.

Bagi masyarakat umum, dr Vireza menyarankan agar olahraga dilakukan dengan intensitas sedang dan tidak terlalu berat. Jenis olahraga yang disarankan antara lain berjalan kaki, bersepeda santai, berenang ringan, atau senam aerobik yang tidak terlalu membebani jantung.

Rekomendasi ini juga selaras dengan anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO menyarankan agar orang dewasa melakukan aktivitas fisik aerobik intensitas sedang selama 130 hingga 300 menit per minggu. Jika dibagi rata, durasi ini setara dengan 30 sampai 60 menit per hari, dilakukan sebanyak 3 sampai 5 kali dalam sepekan.

Selain memperhatikan intensitas, faktor lain yang tak kalah penting adalah kondisi kesehatan individu. Tidak semua orang dalam keadaan fisik yang optimal untuk melakukan olahraga tertentu. Mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau kondisi medis lainnya, perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memulai rutinitas olahraga.

Dr Vireza pun menyarankan agar seseorang memeriksakan kondisi kesehatannya terlebih dahulu jika ragu dengan kapasitas tubuhnya sendiri. “Kalau memang perlu, kita periksakan status kesehatan kita di rumah sakit,” ujarnya. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui apakah ada potensi risiko yang tersembunyi, seperti kelainan irama jantung, pembesaran jantung, atau masalah struktural lain yang tak kasat mata.

Dalam praktiknya, banyak orang tidak menyadari bahwa tubuh mereka mungkin menyimpan risiko. Terlebih jika selama ini merasa sehat-sehat saja. Namun, olahraga berat yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa persiapan atau pemanasan yang cukup, bisa menjadi pemicu fatal pada individu dengan kondisi tersembunyi ini.

Sebagai kesimpulan, olahraga tetap menjadi bagian penting dari gaya hidup sehat. Namun, penting bagi setiap individu untuk memahami batas kemampuan tubuh dan memilih jenis olahraga yang sesuai. Lebih baik lagi jika olahraga dijadikan rutinitas yang dilakukan secara bertahap, konsisten, dan disesuaikan dengan kondisi fisik masing-masing.

Jangan sampai niat menjaga kesehatan justru berujung petaka karena kurangnya pemahaman dan persiapan. Dengarkan tubuh Anda, lakukan pemeriksaan kesehatan berkala, dan jangan pernah memaksakan diri. Ingat, tujuan utama olahraga adalah untuk hidup sehat dan lebih baik—bukan sebaliknya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved