Sumber foto: iStock

Kenapa Kita Ikut Menguap Saat Orang Lain Menguap? Ini Jawaban Ilmiahnya yang Mengejutkan

Tanggal: 1 Mei 2025 19:03 wib.
Pernahkah Anda merasa tiba-tiba menguap setelah melihat seseorang melakukannya lebih dulu? Tanpa disadari, kebiasaan kecil ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini dikenal sebagai menguap yang menular—dan ternyata, ada penjelasan ilmiah menarik di baliknya.

Melansir dari Live Science, penyebab utama dari fenomena ini diyakini berkaitan dengan aktivitas di dalam otak, khususnya keterlibatan sel otak yang disebut mirror neuron atau neuron cermin. Sel-sel saraf ini bertugas merespons tindakan yang kita lihat dilakukan oleh orang lain. Jadi, saat seseorang di sekitar Anda menguap, neuron tersebut ikut aktif, seolah-olah Anda juga sedang melakukan hal yang sama.

Dr. Charles Sweet, seorang psikiater dan penasihat medis dari Linear Health, menjelaskan bahwa mekanisme ini mungkin menjelaskan kenapa menguap bisa dengan mudah "menular" dalam lingkungan sosial. Mirror neuron memfasilitasi empati dan keterikatan sosial, sehingga saat kita melihat seseorang menguap—terutama orang yang kita kenal atau pedulikan—otak kita merespons seakan ikut merasakan kebutuhan yang sama.

Mengapa Menguap Bisa Menular?

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada hewan. Sebuah penelitian pada tahun 2013 menunjukkan bahwa anjing lebih sering menguap saat melihat pemiliknya menguap dibandingkan saat melihat orang asing melakukan hal yang sama. Hal ini memperkuat adanya apa yang disebut sebagai bias keakraban, yakni kecenderungan untuk lebih responsif terhadap individu yang sudah kita kenal.

Menurut Andrew Gallup, seorang ahli biologi perilaku dari Johns Hopkins University, respons tersebut mungkin berkaitan dengan bias perhatian—yaitu perhatian yang lebih besar terhadap individu yang familiar dibanding orang asing. Dengan kata lain, otak kita lebih terhubung secara emosional dan kognitif terhadap orang yang dekat dengan kita, sehingga perilaku mereka lebih mudah ditiru secara refleks.

Teori Menguap sebagai Mekanisme Bertahan Hidup

Selain sebagai respons sosial, menguap ternyata memiliki peran penting dalam evolusi dan kelangsungan hidup kelompok. Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Evolutionary Psychology tahun 2007, Gallup dan rekan-rekannya mengemukakan bahwa menguap berfungsi untuk mendinginkan otak. Proses pendinginan ini diyakini mampu meningkatkan fokus, konsentrasi, dan kecepatan dalam memproses informasi.

Ketika otak mulai terlalu panas atau lelah karena aktivitas kognitif yang tinggi, menguap bisa menjadi cara tubuh untuk menurunkan suhu otak dan mengembalikan kondisi optimal untuk berpikir. Ini menjelaskan mengapa kita sering menguap saat merasa bosan, lelah, atau sedang membutuhkan “penyegaran” mental.

Menurut Gallup, jika menguap menyebar dalam kelompok secara bersamaan, hal ini bisa menjadi alat peningkatan kewaspadaan secara kolektif terhadap potensi ancaman. Artinya, dalam situasi sosial atau di alam liar, kemampuan seluruh kelompok untuk siaga bisa meningkat hanya karena satu individu menguap.

Penelitian lanjutan yang dilakukan Gallup memperkuat gagasan ini. Hanya dengan melihat orang lain menguap, seseorang bisa mengalami peningkatan kemampuan mendeteksi ancaman di sekitar mereka. Ini menambah dimensi baru pada fungsi sosial dan biologis dari menguap, yang dulunya dianggap hanya sebagai refleks tubuh biasa.

Sinkronisasi Sosial dan Pola Aktivitas

Selain sebagai respons biologis dan alat kewaspadaan sosial, menguap juga dipercaya memiliki fungsi sinkronisasi aktivitas dalam kelompok. Gallup menjelaskan bahwa menguap sangat erat kaitannya dengan ritme sirkadian, yaitu siklus alami tubuh yang mengatur kapan kita merasa lelah atau bersemangat sepanjang hari.

Menguap biasanya terjadi saat transisi antara kondisi aktif dan istirahat—misalnya saat bangun tidur atau menjelang tidur. Dalam konteks sosial, ketika beberapa orang dalam kelompok mulai menguap, bisa jadi itu menandakan momen transisi yang sama sedang terjadi. Ini bisa membantu kelompok menyelaraskan pola perilaku, seperti waktu istirahat atau pergantian aktivitas.

Jadi, ketika Anda berada dalam rapat panjang, menonton film yang lambat, atau mendengarkan ceramah yang monoton, dan mulai melihat orang lain menguap, kemungkinan besar otak Anda akan "menangkap sinyal" untuk ikut memasuki kondisi transisi tersebut.

Fenomena menguap yang menular bukan sekadar kebiasaan aneh atau bentuk rasa bosan yang menular. Di balik perilaku sederhana ini tersembunyi sistem saraf kompleks, respons sosial mendalam, serta fungsi evolusioner yang bisa meningkatkan keselamatan kelompok dan menyelaraskan perilaku sosial.

Dari aktivitas mirror neuron, bias perhatian terhadap individu yang akrab, hingga peningkatan kewaspadaan dan penyesuaian ritme kelompok—menguap ternyata punya banyak peran penting yang selama ini tidak kita sadari.

Jadi, lain kali Anda menguap setelah melihat orang lain melakukannya, ketahuilah bahwa itu bukan sekadar kebetulan. Otak Anda sedang menjalankan mekanisme sosial dan biologis yang canggih, demi menjaga keterikatan, kewaspadaan, dan keseimbangan aktivitas dalam kelompok.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved