Kenapa Banyak Orang Indonesia Masih Enggan Berolahraga, Padahal Manfaatnya Besar?

Tampang.com | Gaya hidup sehat di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Meskipun banyak kampanye yang mendorong masyarakat untuk berolahraga secara rutin, angka partisipasi olahraga masih terbilang rendah. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa lebih dari 60% orang Indonesia tidak memenuhi rekomendasi minimal 150 menit aktivitas fisik per minggu. Kenapa fenomena ini bisa terjadi, padahal manfaat olahraga sangat jelas untuk kesehatan?

Kurangnya Waktu dan Prioritas
Salah satu alasan utama mengapa masyarakat enggan berolahraga adalah kurangnya waktu. Padatnya aktivitas sehari-hari, pekerjaan, dan kewajiban keluarga membuat banyak orang merasa tidak memiliki cukup waktu untuk berolahraga.

“Banyak orang merasa sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan rumah tangga. Olahraga seringkali dianggap sebagai kegiatan yang tidak mendesak,” ungkap Dr. Fitriani, ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia.

Stigma dan Gaya Hidup
Selain itu, stigma tentang olahraga juga masih menghambat. Banyak orang Indonesia yang menganggap olahraga hanya untuk mereka yang ingin menurunkan berat badan atau mereka yang memiliki waktu lebih. Padahal, olahraga memiliki manfaat luas, dari meningkatkan kesehatan jantung hingga mencegah penyakit kronis.

“Orang seringkali berpikir olahraga itu harus intens atau berat. Padahal, jalan kaki santai atau yoga ringan sudah cukup untuk menjaga kesehatan,” kata Dr. Fitriani.

Kurangnya Fasilitas dan Akses
Meskipun banyak kota besar di Indonesia memiliki fasilitas olahraga yang memadai, namun akses ke tempat-tempat tersebut masih terbatas untuk kalangan tertentu. Di banyak daerah, terutama di pedesaan, fasilitas olahraga masih sangat minim.

“Di daerah saya, fasilitas olahraga terbatas. Bahkan, ruang terbuka yang aman untuk berolahraga pun jarang ditemukan,” ungkap Lilis, seorang warga desa di Jawa Barat.

Dampak Buruk Tidak Berolahraga
Tingkat aktivitas fisik yang rendah memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan masyarakat. Menurut data WHO, kurangnya olahraga berkontribusi pada meningkatnya risiko obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa tidak berolahraga bisa memperpendek harapan hidup hingga lima tahun.

“Olahraga itu penting bukan hanya untuk mengurangi berat badan, tapi juga untuk menjaga kekuatan tubuh, mental, dan kualitas hidup secara keseluruhan,” tambah Dr. Fitriani.

Masyarakat Butuh Motivasi dan Pendidikan
Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik. Pemerintah dan komunitas perlu berperan aktif dalam memberikan edukasi mengenai pentingnya olahraga bagi kesehatan, serta menyediakan fasilitas yang terjangkau dan mudah diakses.

“Penting untuk memotivasi masyarakat, terutama generasi muda, untuk melihat olahraga bukan hanya sebagai kewajiban, tapi sebagai kebiasaan yang menyenangkan. Ini juga bisa dimulai dari lingkungan sekitar, seperti mengajak teman untuk berolahraga bersama,” kata Dr. Fitriani.

Solusi: Olahraga yang Mudah Diakses dan Menyenangkan
Salah satu solusi untuk meningkatkan minat berolahraga adalah dengan membuat olahraga lebih terjangkau dan menyenangkan. Aktivitas fisik yang ringan, seperti bersepeda, jogging, atau bahkan olahraga kelompok seperti Zumba, dapat menjadi alternatif yang lebih menarik bagi mereka yang belum terbiasa.

“Olahraga tidak harus selalu di gym. Banyak cara menyenangkan untuk tetap aktif, seperti bersepeda di taman atau melakukan aktivitas keluarga di akhir pekan,” saran Dr. Fitriani.

Mengubah Pola Pikir dan Kebiasaan
Kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya olahraga harus terus ditingkatkan. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa olahraga bukan hanya tentang bentuk tubuh, tetapi juga tentang kesehatan jangka panjang.

“Olahraga itu investasi untuk kesehatan kita di masa depan. Semua orang, dari anak-anak hingga orang dewasa, harus mulai menanamkan kebiasaan sehat ini sejak dini,” tegas Dr. Fitriani.