Kemenkes Ungkap Penularan Demam Babi Afrika yang Mewabah di RI
Tanggal: 22 Des 2024 17:24 wib.
Belakangan ini, demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sedang menjadi wabah yang meresahkan di Indonesia. Virus ini menyebabkan kematian mendadak pada babi yang terinfeksi. Awalnya, wabah ini mengancam Sumatera Utara.
Baru-baru ini, Badan Karantina Indonesia (Barantin) melaporkan bahwa ada 32 provinsi di Indonesia yang melaporkan kehadiran wabah ASF, termasuk di Papua, Papua Tengah, hingga Nusa Tenggara Timur.
Di Papua Tengah, misalnya, tercatat 6.273 ekor babi yang mati karena ASF pada bulan Januari 2024. Saat ini, belum ada vaksin yang tersedia di Indonesia untuk melawan wabah ini, berbeda dengan kasus flu burung di mana vaksinnya telah tersedia.
Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa ASF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Genus, Asfivirus, Family Asfaviridae. Virus ini dapat menyerang babi domestik maupun babi liar dari berbagai tingkatan usia.
ASF memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi, bahkan dapat menyebabkan kematian hingga 100 persen pada babi terinfeksi, yang menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan di sektor peternakan babi.
Selain itu, virus penyebab ASF ini dapat menyebar melalui berbagai cara, antara lain melalui kontak langsung antar babi, serangga, material pembawa (fomites) seperti pakaian, peralatan peternakan, kendaraan, serta pakan mentah yang terkontaminasi.
Aji menegaskan bahwa Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian terkait penanganan wabah ASF. Meskipun ASF bukan penyakit zoonosis (penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia), namun virus ini dapat menimbulkan dampak sangat besar terhadap sektor peternakan babi di Indonesia.
Dalam upaya penanggulangan penyakit ini, Aji menekankan bahwa kewenangan penanganan wabah ASF berada di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan serta dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
Untuk menghambat penyebaran virus ASF, Aji mendorong masyarakat untuk segera melapor kepada petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat jika menemukan babi yang sakit atau mati dalam waktu 1x24 jam. Selain itu, disarankan untuk tidak membeli atau menjual babi yang terlihat sakit.
"Melakukan pembersihan dan desinfeksi di peternakan babi, mengonsumsi babi yang berasal dari sumber yang terjamin kesehatannya, serta memasaknya dengan matang. Selain itu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga menjadi hal yang sangat penting dalam menghadapi wabah ini," ujar Aji.
Hingga saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk melawan virus ASF. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang ketat perlu dilakukan untuk mengurangi dampak wabah ASF terhadap sektor peternakan babi di Indonesia.
Pada tanggal 24 September, 2026 berdasarkan laporan yang diterima oleh Badan Karantina Indonesia (Barantin), melaporkan bahwa kasus ASF terus menyebar di berbagai wilayah Indonesia. Provinsi-provinsi yang terdampak juga terus bertambah.
Data dari Barantin menunjukkan bahwa jumlah babi yang terinfeksi dan mati akibat ASF terus meningkat. Di Papua misalnya, tercatat peningkatan signifikan dari bulan sebelumnya. Begitu juga dengan provinsi lain seperti Papua Tengah dan Nusa Tenggara Timur.
Upaya penanganan wabah ASF terus dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai langkah, mulai dari pemantauan yang ketat hingga sosialisasi kepada masyarakat terkait langkah-langkah pencegahan yang harus diambil.
Pemerintah juga terus mengupayakan pemenuhan vaksin untuk mengatasi wabah ASF ini. Namun demikian, langkah-langkah preventif masyarakat juga menjadi sangat penting dalam meminimalisir dampak wabah ini terhadap sektor peternakan babi di Indonesia.
Dalam kasus ASF ini, kerja sama antara pemerintah, peternak, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mengurangi penyebaran virus, melindungi babi yang sehat, serta menjaga kesehatan masyarakat dari dampak yang mungkin ditimbulkan oleh wabah ini. Saling gotong royong dalam pencegahan dan penanganan wabah ASF akan menjadi kunci dalam mengatasi wabah ini yang semakin mengkhawatirkan.