Kematian Mendadak Brando Susanto: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Serangan Jantung Tanpa Gejala?
Tanggal: 29 Apr 2025 14:16 wib.
Kabar duka datang dari dunia politik Indonesia. Brando Susanto, anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi PDIP, meninggal dunia secara mendadak saat menghadiri acara halal bihalal DPD PDIP DKI Jakarta di Jakarta International Velodrome, Minggu, 27 April 2025. Kejadian ini mengejutkan publik, terutama karena Brando sempat naik ke panggung dan menyampaikan sambutan sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri di hadapan para hadirin.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, yang hadir dalam acara tersebut, kemudian menggantikan posisi Brando di podium. Dalam kondisi penuh emosi, Pramono menyampaikan kepada para tamu bahwa Brando telah meninggal dunia. "Saudara-saudara sekalian, innalillahi wainnailaihi rojiun. Sahabat kita, ketua panitia acara ini, Brando Susanto, telah berpulang," ucapnya dengan suara bergetar, mencerminkan kesedihan mendalam atas kepergian koleganya.
Informasi awal menyebutkan bahwa Brando meninggal karena serangan jantung. Hal ini dikonfirmasi oleh Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Wahyu Dewanto. Menurutnya, Brando tak menunjukkan gejala mencolok sebelumnya. Kematian mendadak ini pun menimbulkan keprihatinan besar dan memunculkan kesadaran publik akan pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit jantung.
Untuk menjelaskan lebih jauh mengenai serangan jantung, dr. Isman Firdaus, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, memberikan penjelasan medis. Ia menyampaikan bahwa serangan jantung biasanya disebabkan oleh penyumbatan total pada arteri koroner—pembuluh darah utama yang mengalirkan oksigen ke otot jantung. Jika aliran darah terhenti, maka jaringan jantung akan rusak karena kekurangan oksigen, bahkan dalam hitungan menit.
Lebih lanjut, dr. Isman menjelaskan bahwa penyumbatan itu umumnya terjadi karena adanya plak—zat lengket yang terdiri dari lemak, kolesterol, dan material lainnya—yang menumpuk di dinding dalam arteri. Proses ini dikenal dengan istilah aterosklerosis. Jika plak ini pecah, maka tubuh akan bereaksi dengan membentuk bekuan darah yang bisa menyumbat aliran secara total, memicu serangan jantung.
Sebagai ahli yang juga menjabat sebagai President Elect Asian Pacific Society of Cardiology (APSC) periode 2025–2027, dr. Isman memberikan lima faktor utama yang meningkatkan risiko serangan jantung. Kelima faktor tersebut adalah: diabetes, kebiasaan merokok, faktor keturunan (genetik), gaya hidup yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga.
Ia menekankan bahwa meski serangan jantung bisa menyerang secara mendadak, namun hal itu tidak terjadi tanpa sebab. Bahkan pada kasus-kasus tanpa gejala, kondisi tubuh dan riwayat kesehatan memiliki peran besar dalam menentukan kerentanan seseorang terhadap penyakit ini.
Dr. Isman juga mengingatkan masyarakat untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan jantung. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:
Mengadopsi pola makan sehat dan seimbang, rendah lemak jenuh dan tinggi serat.
Menghentikan kebiasaan merokok dan membatasi konsumsi alkohol.
Menjaga berat badan ideal dan tekanan darah tetap stabil.
Mengelola stres secara baik dengan aktivitas relaksasi seperti meditasi atau olahraga ringan.
Menjalani pemeriksaan kesehatan rutin (medical check-up), khususnya bagi mereka yang memiliki faktor risiko.
Kematian Brando Susanto bisa menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa penyakit jantung adalah pembunuh diam-diam yang kerap tak menunjukkan gejala sebelum akhirnya menyerang secara fatal. Tragedi ini menjadi momentum penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa menjaga kesehatan jantung bukan hanya urusan mereka yang sudah lanjut usia atau yang memiliki riwayat penyakit saja. Bahkan individu yang tampak bugar dan aktif sekalipun tetap berisiko jika tidak menjaga gaya hidupnya.
Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa ini juga mencerminkan pentingnya edukasi publik tentang gejala awal serangan jantung seperti nyeri dada, sesak napas, pusing, kelelahan ekstrem, atau mual. Banyak orang mengabaikan gejala-gejala ini karena dianggap sepele atau hanya gejala kelelahan biasa. Padahal, dengan mengenali sinyal-sinyal tubuh sejak dini, banyak nyawa bisa diselamatkan.
Sebagai masyarakat yang kini hidup dalam tekanan dan gaya hidup serba cepat, penting untuk tidak menunda-nunda perawatan dan pemeriksaan kesehatan. Jangan tunggu hingga tubuh memberi "peringatan keras" seperti yang dialami oleh almarhum Brando. Hidup sehat dan waspada adalah langkah awal terbaik untuk melindungi diri dari serangan jantung mendadak.