Kasus HIV/AIDS di Gorontalo Meningkat: Wiraswasta, Perias, dan Mahasiswa Paling Terdampak
Tanggal: 17 Mei 2025 14:44 wib.
Tampang.com | Provinsi Gorontalo terus mencatat peningkatan kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo per 5 Desember 2024, jumlah kasus telah mencapai 1.257 orang sejak pertama kali tercatat pada tahun 2001. Lonjakan angka ini menunjukkan bahwa HIV/AIDS masih menjadi isu serius yang perlu penanganan menyeluruh di wilayah tersebut.
Laki-Laki Mendominasi Kasus HIV/AIDS
Dari total kasus tersebut, kelompok laki-laki mencatatkan angka tertinggi, yaitu sebanyak 1.015 kasus, yang terdiri dari 575 kasus HIV dan 440 kasus AIDS. Sementara di kalangan perempuan, terdapat 242 kasus, dengan rincian 131 HIV dan 111 AIDS.
Tiga Profesi Paling Terdampak
Data juga mengungkapkan bahwa penyebaran HIV/AIDS di Gorontalo tidak hanya meluas secara gender, tetapi juga lintas profesi. Tiga kelompok profesi dengan jumlah penderita terbanyak adalah:
Wiraswasta: 217 kasus
Tata rias salon (make up artist): 132 kasus
Pelajar dan Mahasiswa: 127 kasus
Fakta ini menjadi sorotan penting, mengingat dua dari tiga profesi tersebut berasal dari kalangan produktif dan generasi muda.
Pemerintah Ajak Mahasiswa Jadi Agen Perubahan
Wakil Gubernur Gorontalo, Idah Syahidah, yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Gorontalo, menyampaikan hal ini dalam pertemuan bersama mahasiswa keperawatan dan KPA Indonesia pada Kamis (15/5/2025). Ia menegaskan bahwa meski pemerintah telah mengambil langkah-langkah nyata dalam penanganan HIV, namun upaya pencegahan membutuhkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat.
“Pemerintah Provinsi telah melakukan berbagai langkah konkret dalam penanganan HIV. Namun untuk pencegahan, kami memerlukan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk adik-adik mahasiswa,” ujar Idah.
Mahasiswa Diimbau Aktif dalam Edukasi HIV/AIDS
Idah menekankan bahwa mahasiswa, baik melalui organisasi kampus seperti BEM maupun secara individu, dapat berperan sebagai ujung tombak dalam menyebarkan informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS. Ia juga mendorong keterlibatan langsung mahasiswa dalam aksi sosial dan edukasi, demi menumbuhkan kesadaran sejak dini.
“HIV tidak datang begitu saja. Pencegahan dimulai dari diri sendiri. Kami mengapresiasi inisiatif dan kepedulian dari mahasiswa yang bersedia terlibat langsung,” tambahnya.
Kolaborasi Antarsektor Jadi Kunci Pencegahan
Dalam kesempatan itu, Idah juga mengingatkan pentingnya kerja sama lintas sektor, baik antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, hingga lembaga pendidikan. Ia menyebut, sinergi dalam penyusunan anggaran dan kebijakan di bidang kesehatan sangat menentukan keberhasilan program penanggulangan HIV/AIDS.
Sebagai pesan penutup, Idah mengajak generasi muda untuk menjaga diri dan tidak terjerumus dalam perilaku yang berisiko.
“Kalian ini kan masih mahasiswa. Jika merasa sudah siap secara mental dan ekonomi, lebih baik menikah daripada terjerumus dalam perilaku seks bebas yang membahayakan kesehatan dan masa depan,” pesannya.