Sumber foto: Google

Kanker Paru Sulit Dideteksi, Deteksi Dini Jadi Kunci Menyelamatkan Nyawa

Tanggal: 20 Mei 2025 22:14 wib.
Tampang.com | Kanker paru dikenal sebagai jenis kanker yang sering kali terlambat terdeteksi karena gejalanya baru muncul saat penyakit sudah memasuki stadium lanjut. Hal ini membuat kesadaran akan pentingnya deteksi dini menjadi sangat krusial, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 30.000 kasus kanker paru baru terdiagnosis setiap tahun, menjadikannya sebagai penyebab kematian akibat kanker nomor satu di Indonesia.

Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Toraks Indonesia (POTI), dr. Andika Chandra Putra, Sp.P(K), menekankan bahwa skrining kanker paru pada tahap awal sangat penting untuk meningkatkan efektivitas pengobatan dan memperbaiki prognosis pasien. “Skrining kanker paru dapat membantu mendeteksi penyakit ini sejak dini sehingga penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan hasilnya pun lebih baik,” ujarnya dalam sebuah siaran pers.

Program Skrining Mandiri ‘Naru’ untuk Masyarakat

Kementerian Kesehatan telah meluncurkan program skrining mandiri kanker paru bernama Naru atau “Kenali Paru.” Melalui program ini, masyarakat cukup mengisi kuesioner sederhana untuk mengidentifikasi tingkat risiko mereka, apakah rendah, sedang, atau tinggi. Bagi yang masuk kategori risiko sedang dan tinggi, akan dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut seperti konsultasi ke dokter paru atau pemeriksaan Low Dose CT Scan.

Pada stadium lanjut, gejala yang sering muncul antara lain batuk terus-menerus, sesak napas, batuk darah, suara serak, serta penurunan berat badan. Namun, dr. Andika mengingatkan bahwa keluhan tersebut tidak otomatis berarti kanker paru karena gejala ini juga bisa ditemui pada kondisi medis lain. Oleh karena itu, pemeriksaan lanjutan sangat diperlukan untuk memastikan diagnosis.

Tantangan dan Harapan dalam Penanganan Kanker Paru

Kanker paru menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Indonesia, dan prognosis yang kurang baik menjadi tantangan besar dalam penanganannya. Menurut dr. Andika, penanganan kanker paru membutuhkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan kolaborasi erat antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat.

Dalam upaya memperbaiki kualitas penanganan, Perhimpunan Onkologi Toraks Indonesia menggelar Rapat Kerja Nasional bertema “Menuju Penanganan Kanker Paru yang Lebih Baik di Indonesia” pada 17-18 Mei 2025 di Jakarta. Acara ini menjadi wadah diskusi bagi pengurus dan anggota POTI mengenai strategi terbaru, termasuk terapi target dan imunoterapi yang kini tengah berkembang.

“Dengan kerja sama yang solid dan komitmen dari semua pihak, kami berharap penanganan kanker paru di Indonesia semakin baik dan angka kematian dapat ditekan,” pungkas dr. Andika.

Deteksi dini dan kesadaran akan risiko tetap menjadi langkah utama untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dari ancaman kanker paru, penyakit yang selama ini dikenal sulit dikenali pada tahap awal.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved