Sumber foto: iStock

Kaitan Covid-19 dan Kanker Paru: Mitos atau Fakta? Ini Penjelasannya!

Tanggal: 11 Mar 2025 09:56 wib.
Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling mengkhawatirkan di Indonesia, dengan angka kematian yang terus meningkat setiap tahunnya. Penyakit kronis ini sering kali dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Menurut data terbaru, perokok aktif merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan penyakit ini. Namun, ada banyak faktor lain di luar rokok yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru. 

Paparan zat-zat karsinogen seperti asbes, eter, hidrokarbon polisiklik aromatik, dan arsen anorganik juga telah terbukti berkontribusi terhadap perkembangan kanker paru. Selain itu, polusi lingkungan, termasuk asap kendaraan dan limbah industri, juga menjadi penyebab yang tak dapat dianggap remeh. Dengan meningkatnya tingkat polusi di berbagai wilayah, risiko terkena kanker paru-paru bagi penduduk lokal semakin bertambah.

Banyak orang bertanya-tanya, apakah mereka yang pernah terinfeksi Covid-19 berisiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru? Pertanyaan ini menjadi topik hangat di kalangan medis. Dr. Linda Masniari, seorang spesialis paru yang berpengalaman dari MRCCC Siloam Hospital, menyatakan bahwa ada penelitian yang menunjukkan potensi bahwa Covid-19 dapat berkontribusi pada perkembangan kanker paru-paru. Namun, dia menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk membuktikan klaim ini.

“Di Rumah Sakit Persahabatan, saat ini kami sedang meneliti apakah virus pasca Covid-19 dapat menyebabkan kanker paru. Kita juga tahu bahwa riwayat penyakit tuberkulosis (TB) dapat berkembang menjadi kanker paru," ungkap dr. Linda dalam sebuah acara peluncuran di Jakarta Pusat.

Perlu dicatat bahwa kanker paru-paru memerlukan waktu yang cukup lama untuk berkembang, biasanya antara 15 hingga 20 tahun. Artinya, dampak jangka panjang dari infeksi Covid-19 dalam meningkatkan risiko kanker paru-paru mungkin belum akan terlihat dalam waktu dekat. Kemungkinan hubungan ini menjadi lebih relevan seiring berjalannya waktu dan dengan berkembangnya lebih banyak data pada pasien pasca Covid-19.

Salah satu tantangan terbesar dalam deteksi kanker paru-paru adalah bahwa gejala awalnya sering kali tidak terlihat. Banyak penderita tidak merasakan apapun pada tahap awal, sehingga ketika penyakit ini akhirnya terdiagnosis, biasanya sudah berada pada tahap yang cukup lanjut. Ini adalah alasan mengapa penelitian tentang pengendalian faktor risiko sangat penting dalam upaya mengurangi angka kejadian serta tingkat kematian akibat kanker paru.

Pemeriksaan kesehatan yang rutin dan kesadaran tentang faktor risiko yang berkontribusi terhadap kanker paru sangatlah penting. Dr. Linda menekankan bahwa selain merokok, faktor-faktor lain seperti riwayat pneumonia atau infeksi paru lainnya, dapat menambah risiko terkena kanker paru. Dalam hal ini, pengawasan terhadap orang-orang dengan riwayat penyakit paru yang berat menjadi sangat penting untuk mendeteksi kemungkinan risiko lebih awal.

Data dari badan kesehatan di Indonesia menunjukkan bahwa kanker paru-paru sering kali tidak terdiagnosis sampai sudah mencapai stadium yang lebih lanjut. Hal ini memperburuk prognosis dan mengurangi harapan hidup penderita. Oleh karena itu, penekanan pada pemahaman dan edukasi masyarakat mengenai gejala-gejala potensial dan biaya kesehatan yang diperlukan untuk perawatan menjadi semakin mendesak.

Kesadaran masyarakat tentang kanker paru-paru hendaknya ditingkatkan melalui berbagai kampanye kesehatan. Program-program intervensi yang dirancang untuk mengedukasi tentang bahaya merokok serta risiko lingkungan dapat membantu mengurangi angka kejadian kanker paru. Penelitian yang berkelanjutan juga harus didorong untuk memahami lebih lanjut tentang hubungan antara infeksi virus like Covid-19 dan kanker paru-paru.

Adanya perkembangan teknologi dalam bidang medis, seperti metode deteksi dini kanker yang lebih canggih, bisa menjadi harapan baru bagi banyak orang. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai epidemiologi kanker paru-paru dan efek potensial dari virus seperti Covid-19, diharapkan kita dapat mendapatkan informasi yang lebih jelas untuk memberikan pencegahan yang lebih baik dan perawatan yang lebih awal bagi penderita kanker paru.

Kini, penelitian tentang kanker paru-paru tidak bisa lepas dari evolusi virus dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Kesimpulan dari berbagai studi yang sedang berlangsung di rumah sakit di seluruh Indonesia diharapkan dapat memberi kita pemahaman yang lebih baik. Hanya dengan melalui riset yang berkelanjutan dan kolaborasi antara berbagai lembaga medis, kita dapat mengatasi tantangan kesehatan yang semakin komplek ini.

Demi kesehatan masa depan, upaya kolektif dari pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk menangkal ancaman kanker paru-paru, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat infeksi virus atau penyakit paru lainnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved