Jarang Diketahui! Alergi Sperma Bisa Sebabkan Gatal Hingga Sulit Bernapas: Begini Penjelasan Medisnya
Tanggal: 26 Jun 2025 12:11 wib.
Alergi sperma mungkin terdengar aneh dan langka, tetapi kondisi medis ini benar-benar nyata dan bisa dialami oleh sebagian orang. Dalam dunia medis, gangguan ini dikenal sebagai hipersensitivitas plasma mani atau seminal plasma hypersensitivity (SPH). Meski jarang ditemukan, alergi sperma dapat memengaruhi kualitas hidup dan hubungan intim seseorang jika tidak dikenali sejak awal.
Dikutip dari Live Science, alergi ini bukan disebabkan oleh sel sperma itu sendiri, melainkan oleh protein-protein tertentu dalam cairan semen, yaitu plasma mani, yang membawa sel sperma keluar dari tubuh pria. Sistem kekebalan tubuh seseorang yang memiliki kondisi ini mengenali protein tersebut sebagai “ancaman”, sehingga memicu reaksi alergi.
Gejala Alergi Sperma: Dari Rasa Gatal Hingga Reaksi Serius
Gejala alergi sperma biasanya muncul sesaat setelah melakukan hubungan seksual. Reaksi yang paling umum meliputi rasa terbakar, gatal, bengkak, dan kemerahan di area vagina. Beberapa kasus yang lebih parah bahkan dapat menyebabkan sesak napas, ruam di seluruh tubuh, pilek, hingga anafilaksis—reaksi alergi berat yang bisa mengancam jiwa.
Menariknya, kondisi ini sering kali baru terdeteksi saat wanita pertama kali melakukan hubungan seksual, tetapi juga bisa terjadi setelah melakukan hubungan dengan pasangan baru, meskipun sebelumnya tidak memiliki gejala apa pun.
Bukan Hanya Wanita, Pria Juga Bisa Alami Alergi Sperma
Tidak hanya wanita yang bisa mengalami reaksi terhadap plasma mani. Dalam beberapa kasus, pria juga dapat mengalami alergi terhadap sperma mereka sendiri. Kondisi ini dikenal sebagai Post Orgasmic Illness Syndrome (POIS).
Menurut Michael Carroll, pakar ilmu reproduksi dari Manchester Metropolitan University, pria dengan POIS bisa merasakan gejala seperti flu ringan, nyeri otot, kelelahan ekstrem, hingga kabut otak beberapa saat setelah ejakulasi. Walau penyebab pastinya masih diteliti, para ahli menduga ini adalah reaksi autoimun terhadap komponen dalam sperma sendiri.
Untuk diagnosisnya, biasanya dilakukan uji kulit menggunakan sperma pasien sendiri. Jika timbul reaksi alergi lokal, bisa jadi pasien mengalami POIS atau bentuk lain dari hipersensitivitas terhadap plasma mani.
Alergi Sperma: Pertama Kali Diakui Sejak 1967
Kasus alergi terhadap sperma pertama kali didokumentasikan pada tahun 1967, ketika seorang wanita dilarikan ke rumah sakit karena mengalami reaksi alergi parah setelah berhubungan seks. Sejak saat itu, kondisi ini diklasifikasikan sebagai alergi tipe 1—kategori yang sama seperti alergi terhadap kacang, serbuk sari, atau bulu hewan.
Sampai tahun 1997, hanya ada kurang dari 100 kasus alergi sperma yang dilaporkan di seluruh dunia. Namun, studi yang dilakukan oleh ahli alergi Jonathan Bernstein menunjukkan bahwa dari sejumlah wanita yang mengalami gejala setelah berhubungan seksual, sekitar 12% menunjukkan kemungkinan besar mengalami hipersensitivitas terhadap plasma mani.
Apakah Alergi Sperma Bisa Mempengaruhi Kesuburan?
Pertanyaan penting yang sering muncul adalah: apakah alergi sperma menyebabkan infertilitas? Jawabannya tidak secara langsung. Namun, reaksi alergi yang ditimbulkan bisa menghambat proses pembuahan, karena menyebabkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang membuat hubungan seksual menjadi sulit dilakukan secara konsisten.
Pengobatan alergi biasanya melibatkan antihistamin profilaksis, yaitu obat antialergi yang dikonsumsi sebelum terpapar alergen. Selain itu, dokter juga bisa menyarankan terapi desensitisasi, yaitu paparan bertahap terhadap plasma mani yang telah diencerkan untuk melatih tubuh agar tidak bereaksi berlebihan.
Dalam kasus yang lebih kompleks, pasangan bisa memilih metode In Vitro Fertilization (IVF) dengan sperma yang telah melalui proses pencucian untuk menghilangkan kandungan protein yang memicu alergi. Prosedur ini terbukti efektif dan bisa membantu pasangan yang sedang merencanakan kehamilan.
Langkah Penanganan dan Edukasi Publik Masih Terbatas
Mengingat kasusnya tergolong langka dan jarang didiskusikan secara terbuka, banyak wanita maupun pria tidak menyadari bahwa gejala yang mereka alami sebenarnya adalah alergi sperma. Kesadaran terhadap gangguan ini masih rendah, dan sebagian orang enggan berkonsultasi karena merasa malu atau tidak nyaman membicarakan hal yang berkaitan dengan seksualitas.
Padahal, diagnosis dan penanganan yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental pasien. Edukasi publik tentang kesehatan seksual dan alergi jenis ini perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih terbuka dan tidak ragu mencari bantuan profesional.
Jangan Abaikan Gejala Aneh Setelah Berhubungan Seks
Alergi sperma mungkin terdengar tidak umum, namun bisa berdampak signifikan pada kualitas hidup, hubungan pasangan, dan bahkan rencana memiliki anak. Jika kamu atau pasangan mengalami gejala yang tidak biasa setelah berhubungan intim, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis. Diagnosis dini dan terapi yang tepat bisa sangat membantu dalam mengelola kondisi ini dengan aman.