Jajanan Instan Jadi Andalan Anak Muda, Pakar Ingatkan Risiko Krisis Gizi Kronis!
Tanggal: 13 Mei 2025 22:20 wib.
Tampang.com | Tren konsumsi makanan cepat saji, jajanan instan, dan produk ultra-olahan kian menguat di kalangan anak muda Indonesia. Dari mie instan, makanan beku, hingga camilan kemasan tinggi garam dan lemak trans, semua menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup harian. Di balik kemudahan dan kepraktisan itu, para pakar memperingatkan: kita sedang menghadapi ancaman krisis gizi diam-diam.
Data Konsumsi Meningkat Tajam, Gizi Menurun
Riset dari Kementerian Kesehatan dan BPOM menunjukkan konsumsi makanan ultra-olahan meningkat hingga 30% dalam lima tahun terakhir, dengan kelompok usia 15–30 tahun sebagai penyumbang terbesar. Sementara itu, angka anemia, obesitas, dan sindrom metabolik justru naik di kelompok usia yang sama.
“Ini bukan cuma soal makanan tak sehat, tapi pola makan yang membentuk penyakit sejak muda,” ujar Dr. Helena Pratiwi, ahli gizi komunitas.
Rasa dan Praktis Menang, Tapi Gizi Tergerus
Makanan instan mudah ditemukan, murah, dan rasanya disukai. Tapi di balik label menarik itu tersembunyi kadar natrium, gula tambahan, serta bahan aditif yang melebihi ambang sehat jika dikonsumsi terus-menerus.
“Generasi muda jadi korban dari sistem pangan yang mengedepankan industri, bukan kesehatan,” tambah Helena.
Minim Edukasi, Literasi Gizi Terlupakan
Pakar menyoroti kurangnya literasi gizi di sekolah dan keluarga. Banyak remaja tidak tahu perbedaan antara camilan aman dan makanan olahan tinggi risiko.
“Bahkan label gizi di kemasan tidak mereka pahami. Padahal itu kunci untuk mengontrol asupan,” kata Helena.
Solusi: Intervensi Sejak Dini dan Regulasi Ketat
Pemerintah dinilai perlu membuat langkah strategis, mulai dari kampanye literasi gizi di sekolah, pembatasan iklan makanan tidak sehat kepada anak-anak dan remaja, hingga insentif bagi produsen makanan sehat lokal.
“Jika tidak segera ditangani, ini akan membebani sistem kesehatan nasional dalam 10–20 tahun ke depan,” tegas Helena.
Gaya Hidup Sehat Harus Dibentuk, Bukan Dipaksa
Ahli juga menekankan pentingnya menjadikan pola makan sehat sebagai gaya hidup yang relevan dan menyenangkan bagi generasi muda—bukan sekadar larangan.
“Kita harus ajak anak muda melihat makanan sehat sebagai bagian dari produktivitas, kebebasan, dan kekuatan diri,” tutup Helena.