Herpes Zoster Meningkat di Singapura: Dampak COVID-19 pada Kesehatan Pasca-Pandemi
Tanggal: 22 Des 2024 17:23 wib.
Terdapat peningkatan signifikan kasus herpes zoster di Singapura dalam dua tahun terakhir, menurut laporan Channel New Asia. Para ahli medis memperkirakan bahwa jumlah kasusnya mencapai lebih dari 30 ribu orang setiap tahun dan mengaitkannya dengan penuaan populasi serta melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat pandemi COVID-19.
Dr. Kelvin Goh, yang memimpin United Primary Care Network, mengamati bahwa banyak pasien yang terinfeksi COVID-19 kemudian mengalami herpes zoster. Selain itu, Dr. Adrian Poh, direktur medis HMI OneCare Clinic, juga mengkonfirmasi peningkatan sekitar 10 persen dalam jumlah pasien herpes zoster sejak pandemi.
Studi yang dilakukan oleh perusahaan farmasi GSK pada tahun 2022 menemukan bahwa orang berusia di atas 50 tahun yang pernah terinfeksi COVID-19 memiliki risiko 15 persen lebih tinggi untuk terserang herpes zoster daripada mereka yang tidak pernah terpapar COVID-19. Meskipun mekanisme pasti hubungan antara infeksi COVID-19 dan reaktivasi herpes zoster belum sepenuhnya dipahami, risiko penyakit ini tampaknya tetap tinggi hingga beberapa bulan setelah infeksi COVID-19.
Umumnya, pengobatan untuk pasien herpes zoster melibatkan penggunaan obat pereda nyeri atau antivirus. Meskipun penyakit ini jarang mengancam jiwa, nyeri yang ditimbulkannya dapat sangat menyiksa dan dalam kasus terburuk, dapat berlangsung hingga bertahun-tahun. Infeksi herpes zoster juga dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Herpes zoster merupakan infeksi virus yang menyebabkan munculnya ruam atau lepuh yang sangat menyakitkan pada kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella-zoster, virus yang sama yang juga menyebabkan cacar air. Ruam biasanya muncul dalam bentuk kumpulan lepuh di satu area tubuh.
Jika seseorang terinfeksi cacar air saat masih anak-anak, virus varicella-zoster akan tetap berada di dalam tubuh meski tanda-tanda cacar air telah hilang. Pada beberapa kasus, virus tersebut dapat menjadi aktif kembali saat seseorang dewasa, dan muncul dalam bentuk herpes zoster.
Dalam menghadapi peningkatan kasus herpes zoster yang diduga terkait dengan COVID-19, pemerintah dan lembaga kesehatan di Singapura perlu meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat mengenai tanda-tanda dan pengobatan penyakit ini. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara COVID-19 dan reaktivasi virus varicella-zoster sehingga langkah pencegahan yang efektif dapat diidentifikasi dan diterapkan.