Heboh Efek Samping Vaksin Covid AstraZeneca, BPOM Buka Suara
Tanggal: 7 Mei 2024 14:20 wib.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca telah menjadi perbincangan hangat belakangan ini, terutama setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia mengumumkan bahwa vaksin tersebut sudah tidak digunakan dalam program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas efek samping yang langka yang telah terdeteksi akibat penggunaan vaksin AstraZeneca, yakni thrombosis thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
"Saat ini, vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak digunakan lagi dalam program vaksinasi atau imunisasi dan berdasarkan hasil pengawasan dan penelusuran BPOM menunjukkan bahwa saat ini vaksin AstraZeneca sudah tidak beredar di Indonesia," tulis BPOM dalam keterangan tertulis, Senin (6/5).
Menyikapi hal ini, BPOM menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca telah ditarik dari peredaran di Indonesia dan bahwa hingga April 2024, tidak ada laporan kejadian terkait keamanan, termasuk kejadian TTS, yang terkait dengan penggunaan vaksin AstraZeneca di tanah air.
Selain itu, data dari World Health Organization (WHO) juga menunjukkan bahwa kejadian TTS yang berkaitan dengan vaksin AstraZeneca dikategorikan sebagai sangat jarang, yaitu kurang dari 1 kasus dalam 10 ribu kejadian. BPOM juga menegaskan bahwa kejadian TTS yang sangat jarang terjadi dalam rentang waktu 4 hingga 42 hari setelah pemberian dosis vaksin AstraZeneca. Di luar rentang waktu tersebut, kejadian TTS tidak dapat dihubungkan dengan penggunaan vaksin AstraZeneca.
BPOM juga menjamin bahwa monitoring terhadap keamanan vaksin AstraZeneca terus dilakukan melalui surveilans rutin selama penggunaan vaksin ini dalam program imunisasi. Selain itu, Kementerian Kesehatan dan Komnas PP KIPI juga turut serta dalam pemantauan keamanan vaksin yang digunakan di Indonesia dan menindaklanjuti setiap isu kejadian pasca imunisasi.
Masyarakat juga diimbau oleh BPOM untuk melaporkan efek samping yang mungkin timbul setelah penggunaan vaksin dalam program imunisasi kepada tenaga kesehatan sebagai bagian dari pemantauan farmakovigilans.
AstraZeneca, yang merupakan salah satu merk vaksin Covid-19 yang dipakai di Indonesia, pernah mengakui bahwa vaksin buatannya dapat menyebabkan efek samping yang langka. Dilaporkan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca menyebabkan kematian serta cedera serius pada sejumlah kasus.
Ini menjadi perhatian serius bagi para pihak terkait, termasuk otoritas kesehatan dan masyarakat luas. Kajian mendalam dan keterbukaan informasi mengenai efek samping vaksin penting dilakukan guna memastikan keamanan dan kesehatan masyarakat yang menjalani program vaksinasi.
Kontroversi mengenai efek samping vaksin AstraZeneca perlu diperhatikan dengan serius, mengingat pentingnya keamanan dan kesehatan publik dalam upaya memerangi pandemi Covid-19. Peran BPOM dan otoritas kesehatan lainnya dalam mengawasi dan mengevaluasi keamanan vaksin menjadi kunci dalam memastikan bahwa vaksin yang digunakan aman dan efektif untuk digunakan dalam program vaksinasi.
Keadaan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya transparansi informasi mengenai keamanan dan efek samping vaksin, sehingga masyarakat dapat tetap memberikan kepercayaan terhadap program vaksinasi yang sedang berlangsung.
Dalam menghadapi situasi ini, penting untuk terus mengikuti perkembangan informasi mengenai keamanan vaksin dari sumber-sumber yang terpercaya, serta tidak ragu untuk melaporkan efek samping yang dialami setelah menerima vaksin kepada tenaga kesehatan terdekat. Langkah ini sangat penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Melalui keterbukaan, transparansi, dan kerjasama yang baik antara produsen vaksin, otoritas kesehatan, dan masyarakat, diharapkan dapat memastikan bahwa vaksin yang digunakan aman, efektif, dan bermanfaat dalam upaya memerangi pandemi Covid-19. Saat ini, kehati-hatian dalam menanggapi isu efek samping vaksin sangat diperlukan guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi yang sedang berjalan.