Sumber foto: iStock

Heboh Bakteri Pemakan Daging di Jepang, Kemenkes RI Buka Suara

Tanggal: 28 Jun 2024 18:36 wib.
Peringatan tentang wabah Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) yang disebabkan oleh bakteri pemakan daging manusia telah menimbulkan kehebohan di Jepang. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah kasus penyakit ini telah hampir mencapai angka 1.000 orang. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan Indonesia menegaskan bahwa penyakit ini belum terdeteksi di negeri ini.

Dr. Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, menjelaskan bahwa Kemenkes RI akan memantau STSS melalui surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI), Severe Acute Respiratory Infection (SARI), dan pemeriksaan genomik. Walaupun belum ada laporan kasus di Indonesia, ia menekankan pentingnya langkah-langkah pencegahan, terutama dalam menjaga kebersihan dan kebiasaan baik yang telah terbentuk di masa pandemi COVID-19.

Bakteri pemakan daging, yang dikenal sebagai penyebab STSS, mampu menyebar dengan cepat dan dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat. Meskipun tingkat penyebaran STSS lebih rendah daripada Covid-19, penyakit ini tetap mematikan dan memerlukan perhatian serius dalam pencegahannya.

Selain itu, menurut laporan National Institute of Infectious Diseases (NIID) Jepang, total kasus STSS hingga Juni 2024 telah mencapai 1.019 kasus, melampaui jumlah total kasus pada tahun sebelumnya. Data dari Institut Penyakit Menular Nasional Jepang juga menunjukkan bahwa sebanyak 77 orang meninggal dunia akibat STSS hingga Maret 2024, dengan kebanyakan kasus terjadi pada orang di atas usia 50 tahun.

STSS merupakan infeksi langka yang dapat berkembang ketika bakteri menyebar ke jaringan dalam dan aliran darah. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), STSS dapat mematikan dengan tiga dari 10 penderitanya meninggal dunia. Kekebalan tubuh yang rendah akibat kondisi kesehatan lain seperti kanker atau diabetes dapat meningkatkan risiko terkena STSS. 

Bakteri penyebab STSS, Streptococcus pyogenes, dapat menyebabkan penyakit serius seperti demam dan infeksi tenggorokan pada anak-anak. Nah, dalam beberapa kasus, bakteri ini dapat menjadi invasif dan menghasilkan racun yang memungkinkannya masuk ke aliran darah, menyebabkan penyakit serius seperti syok toksik dan fasciitis nekrotikans "pemakan daging". 

Kemenkes RI juga menyatakan bahwa penularan STSS dapat terjadi melalui pernapasan dan droplet dari penderita ke orang lain. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan masker dan pembatasan sosial masih penting dalam menghadapi ancaman STSS.

Selain itu, STSS juga dapat menjangkiti orang lanjut usia dan pasien yang sedang dalam masa pemulihan dari operasi. CDC menyatakan bahwa meskipun gejala awalnya seperti demam, nyeri otot, dan muntah-muntah, namun gejala tersebut dapat berkembang secara cepat dan mengancam nyawa.

Meskipun wabah STSS belum terdeteksi di Indonesia, langkah-langkah pencegahan dan kewaspadaan tetap diperlukan untuk menghadapi potensi penyebaran penyakit ini. Kemenkes RI terus melakukan pemantauan dan menyebarkan informasi kepada masyarakat guna meminimalisir risiko STSS di Indonesia. Tetap waspada dan menjaga kebersihan adalah kunci dalam menghadapi ancaman ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved