Sumber foto: Google

Gula Tersembunyi di Makanan Kemasan, Ancaman Diam-Diam Bagi Kesehatan

Tanggal: 7 Mei 2025 10:39 wib.
Tampang.com | Di balik rasa lezat dan kemasan menarik, banyak makanan olahan ternyata mengandung kadar gula tersembunyi yang tinggi. Mulai dari sereal sarapan, saus botolan, hingga makanan ringan yang sering dikonsumsi sehari-hari — semuanya bisa menjadi sumber asupan gula berlebih tanpa disadari.

Laporan terbaru dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat bahwa lebih dari 65% produk makanan kemasan di Indonesia mengandung kadar gula yang melebihi batas anjuran harian jika dikonsumsi dalam porsi wajar.

Label Gula yang Tak Selalu Jelas
Masalahnya, banyak konsumen tidak memahami label nutrisi. Istilah seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, sirup jagung tinggi fruktosa (HFCS) sering digunakan untuk menggantikan kata “gula”, membuat kandungannya terkesan minim. Padahal, secara biologis, semuanya tetap berdampak sebagai gula tambahan dalam tubuh.

“Banyak orang tidak sadar bahwa saus tomat atau yogurt rasa buah bisa mengandung hingga 4–5 sendok teh gula dalam satu sajian,” jelas dr. Meilani, ahli gizi klinis dari Jakarta.

Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)
Konsumsi gula berlebih secara terus-menerus dapat memicu berbagai penyakit serius seperti diabetes tipe 2, hipertensi, obesitas, dan gangguan jantung. WHO merekomendasikan batas asupan gula tambahan harian tidak lebih dari 25 gram (sekitar 6 sendok teh) untuk orang dewasa, namun survei Kemenkes menunjukkan rata-rata konsumsi gula harian masyarakat Indonesia masih jauh di atas angka tersebut.

Kesadaran Masih Rendah
Salah satu penyebabnya adalah rendahnya literasi gizi masyarakat. Banyak yang masih menganggap selama makanan bukan “manis” seperti permen atau es teh, maka aman dari gula. Padahal gula tersembunyi bisa datang dari produk savory (gurih), minuman berpemanis buatan, bahkan makanan bayi instan.

Solusi: Edukasi, Label Jelas, dan Kesadaran Kolektif
Pemerintah tengah mendorong kebijakan front-of-pack labeling — yaitu penempatan label gizi yang lebih mencolok di bagian depan kemasan — untuk membantu konsumen membuat pilihan yang lebih sehat. Di sisi lain, masyarakat juga perlu membiasakan diri membaca label nutrisi, serta membatasi konsumsi produk olahan yang tinggi gula dan rendah serat.

“Memasak sendiri dengan bahan segar adalah cara terbaik untuk mengontrol asupan gula harian,” tambah dr. Meilani.

Kesimpulan
Gula tersembunyi adalah ancaman diam-diam bagi kesehatan masyarakat modern, terutama di era makanan instan dan cepat saji. Membaca label, bijak memilih makanan, dan membangun kesadaran sejak dini menjadi kunci pencegahan penyakit yang tak hanya berdampak ke tubuh, tapi juga ke biaya kesehatan nasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved