Golongan Darah yang Rentan Kena Stroke di Usia Muda
Tanggal: 10 Nov 2024 05:47 wib.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa pemilik golongan darah tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke dini sebelum mencapai usia 60 tahun. Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara golongan darah A, B, O, dan AB dengan risiko stroke dini.
Menurut laporan dari Healthline, para ahli dari University of Maryland melakukan analisis terhadap data dari 7.000 pasien stroke dan hampir 600 ribu orang sehat dari 48 penelitian berbeda. Mereka juga meninjau puluhan data tentang genetika dan stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum terjadi.
Hasil penelitian tersebut mengungkap bahwa 16 persen orang dengan golongan darah A memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami stroke dini sebelum usia 60. Hal ini berbeda dengan golongan darah lainnya. Bahkan setelah memfilter faktor-faktor risiko lain seperti jenis kelamin, berat badan, dan kebiasaan merokok, terdapat korelasi antara golongan darah A dengan risiko stroke dini.
Sementara itu, orang dengan golongan darah B memiliki risiko stroke yang sedikit lebih tinggi, namun risikonya lebih rendah dibandingkan dengan golongan darah O yang merupakan golongan darah paling umum. Hasil penelitian juga menemukan bahwa 12 persen orang dengan golongan darah O memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami stroke sebelum usia 60, sedangkan golongan darah B dan AB tidak memiliki dampak signifikan terhadap risiko stroke dini.
Sebuah fakta menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sekitar 1 dari 16 kasus stroke dini pada orang dengan golongan darah A dapat dikaitkan secara langsung dengan golongan darah mereka. Hal ini sangat penting mengingat kasus stroke dini semakin meningkat, dimana penderita memiliki risiko kematian akibat gangguan serius serta potensi kecacatan dalam jangka waktu yang panjang.
Profesor neurologi dan peneliti utama dalam penelitian ini, Dr. Steven Kittner, mengungkapkan, "Kami masih belum memahami sepenuhnya mengapa golongan darah A memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap stroke dini. Namun, diperkirakan ada korelasi dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah."
Data resmi dari Inggris, Wales, dan Irlandia Utara menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 91.000 kasus stroke dalam kurun waktu 12 bulan antara April 2021 hingga Maret 2022. Sementara di Amerika Serikat, sekitar 800.000 orang mengalami stroke setiap tahunnya. Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan masalah kesehatan yang signifikan dan memiliki dampak yang luas di masyarakat.
Meskipun demikian, para peneliti menekankan bahwa peningkatan risiko berdasarkan golongan darah tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Meskipun belum jelas mengapa golongan darah mempengaruhi risiko stroke, namun diyakini memiliki hubungan dengan risiko pembekuan darah yang berpotensi berbahaya bagi tubuh.
Informasi yang perlu diperhatikan adalah bahwa stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Menurut laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya terdapat sekitar 15 juta kasus stroke di seluruh dunia, dimana 5 juta diantaranya berujung pada kematian dan 5 juta orang lainnya mengalami cacat permanen.
Penting untuk diingat bahwa stroke bukanlah kondisi yang hanya mengancam orang lanjut usia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) juga menegaskan bahwa stroke dapat terjadi pada semua orang tanpa terkecuali. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memiliki pemahaman yang baik tentang tanda dan gejala stroke, serta upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena stroke, yang termasuk pemahaman mengenai faktor risiko seperti golongan darah.