Gelombang Penutupan Gym di Korea Selatan: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Tanggal: 12 Feb 2025 06:34 wib.
Tampang.com | Industri pusat kebugaran di Korea Selatan mengalami pukulan besar sepanjang tahun 2024. Lebih dari 500 gym terpaksa tutup, bahkan melebihi jumlah yang gulung tikar saat pandemi COVID-19. Padahal, Korea Selatan dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang sangat peduli terhadap kebugaran dan penampilan fisik. Lantas, apa penyebab di balik fenomena ini?
Lonjakan Penutupan Gym: Fakta Mengejutkan
Menurut laporan Korea Herald, fenomena tutupnya gym di Korea Selatan sepanjang 2024 telah mencapai rekor tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1990. Data dari Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan menunjukkan bahwa sebanyak 553 gym resmi menutup usahanya tahun ini, jauh lebih tinggi dibandingkan 430 gym pada 2020 dan 402 gym pada 2021.
Tidak berhenti di situ, awal 2025 bahkan telah mencatat 36 gym tambahan yang menghentikan operasionalnya. Ini menjadi sinyal kuat bahwa industri kebugaran di Negeri Ginseng sedang mengalami krisis serius.
Persaingan Ketat dan Harga Murah: Pedang Bermata Dua
Salah satu faktor utama yang menyebabkan gelombang penutupan ini adalah persaingan bisnis yang semakin ketat. Banyak gym berjaringan besar menawarkan keanggotaan dengan harga yang sangat rendah, bahkan hanya 10.000 hingga 20.000 won (sekitar Rp112.000–Rp224.000) per bulan.
Harga murah ini tentu menarik bagi pelanggan, tetapi di sisi lain, gym-gym independen yang tidak memiliki dukungan finansial besar kesulitan untuk bertahan. Akibatnya, banyak dari mereka mengalami kerugian hingga akhirnya harus menutup usahanya.
Kasus Penipuan: Gym Tutup Secara Mendadak
Selain masalah persaingan harga, kasus penutupan gym secara tiba-tiba tanpa pengembalian dana juga semakin marak terjadi. Modusnya, sejumlah pusat kebugaran menawarkan diskon besar-besaran untuk pembayaran keanggotaan dan sesi latihan pribadi dalam jangka panjang, namun kemudian tiba-tiba tutup tanpa pemberitahuan.
Contohnya, sebuah gym terkenal di Goyang, Provinsi Gyeonggi, mendadak berhenti beroperasi bulan lalu, meninggalkan para anggotanya tanpa solusi untuk mendapatkan kembali uang mereka. Kasus serupa terjadi di Hwaseong pada November 2024, di mana banyak pelanggan yang telah membayar jutaan won untuk sesi latihan pribadi tidak bisa mendapatkan ganti rugi.
Menurut data dari Badan Konsumen Korea, pengaduan terkait penipuan prabayar di pusat kebugaran mengalami peningkatan signifikan, dari 2.406 kasus pada 2021 menjadi 2.521 kasus per September 2024.
Pengacara Kwak Jun-ho dari Firma Hukum Chung memperingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap gym yang tiba-tiba menawarkan harga keanggotaan yang sangat rendah. “Jika pusat kebugaran mulai memberikan diskon besar secara mendadak, itu bisa menjadi tanda bahaya,” ujarnya.
Apa yang Bisa Dilakukan Konsumen?
Untuk menghindari menjadi korban penipuan gym yang tutup tiba-tiba, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
Hindari pembayaran keanggotaan dalam jangka panjang, terutama jika harga yang ditawarkan terlalu murah dibandingkan gym lain.
Cek reputasi gym, termasuk ulasan pelanggan dan rekam jejak operasionalnya.
Gunakan metode pembayaran yang memiliki perlindungan konsumen, seperti kartu kredit yang memungkinkan pengembalian dana jika terjadi penipuan.
Waspadai tanda-tanda kebangkrutan, seperti gym yang mendadak sering menunda jadwal kelas atau mengurangi fasilitas.
Kesimpulan
Meskipun industri kebugaran di Korea Selatan tampaknya terus berkembang, banyak gym justru kesulitan bertahan karena persaingan harga yang tidak sehat dan maraknya kasus penipuan. Dengan meningkatnya jumlah gym yang tutup mendadak, masyarakat perlu lebih waspada sebelum berlangganan di pusat kebugaran mana pun.