Sumber foto: Google

Gangguan Mental Meningkat di Kalangan Pekerja Muda, Apakah Dunia Kerja Kita Terlalu Toxic?

Tanggal: 8 Mei 2025 20:22 wib.
Tampang.com | Dalam beberapa tahun terakhir, gangguan kesehatan mental pada pekerja muda meningkat drastis. Berdasarkan data Riskesdas 2023, lebih dari 35% karyawan berusia 22–35 tahun mengalami gejala stres berat, kecemasan, atau depresi. Sayangnya, isu ini masih dianggap tabu di banyak tempat kerja.

Tekanan Kerja dan Budaya Lembur Tak Berujung
Pekerja muda sering menghadapi ekspektasi tinggi, target tak realistis, dan jam kerja panjang. Banyak perusahaan menormalisasi lembur sebagai bentuk loyalitas, meski berdampak serius pada kondisi psikologis.

“Lingkungan kerja yang tidak suportif, disertai tekanan dari atasan, menjadi pemicu utama gangguan mental di kalangan milenial dan Gen Z,” ujar Dhea Arlina, M.Psi., psikolog klinis di Jakarta.

Burnout dan Silent Resignation Merebak
Fenomena burnout semakin umum ditemukan—pekerja merasa lelah secara fisik dan emosional, kehilangan motivasi, bahkan mulai menarik diri. Banyak dari mereka memilih silent resignation, tetap bekerja namun tanpa semangat atau produktivitas.

“Ini bukan soal malas, tapi kelelahan mental yang tak kunjung ditangani,” jelas Dhea.

Minimnya Dukungan Psikologis di Tempat Kerja
Sebagian besar perusahaan belum menyediakan layanan konseling atau cuti kesehatan mental. Bahkan, masih ada stigma bahwa mencari bantuan psikologis adalah tanda kelemahan.

“Pekerja takut dianggap tidak mampu jika mengaku stres. Ini menciptakan budaya diam yang berbahaya,” tambah Dhea.

Peran HR dan Manajemen dalam Kesehatan Mental
Manajemen perusahaan seharusnya aktif membangun budaya kerja yang sehat—dengan komunikasi terbuka, fleksibilitas kerja, dan akses ke dukungan psikologis. Sayangnya, masih banyak HR yang hanya fokus pada performa, bukan kesejahteraan.

“HR harus mulai memandang kesehatan mental sebagai bagian dari produktivitas, bukan beban biaya,” tegas Dhea.

Kesadaran Diri Juga Penting
Selain peran organisasi, pekerja muda perlu mengenali tanda-tanda kelelahan mental dan berani mencari bantuan. Istirahat, journaling, hingga terapi adalah langkah konkret yang dapat membantu.

“Jaga mental itu bukan lemah, tapi bagian dari bertahan hidup dalam dunia kerja yang makin kompetitif,” tutup Dhea.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved