Fenomena Burnout di Kalangan Tenaga Kesehatan, Ternyata Masih Jadi Masalah Serius di 2025
Tanggal: 20 Mei 2025 21:24 wib.
Tampang.com | Meski pandemi telah mereda, fenomena burnout atau kelelahan mental dan emosional di kalangan tenaga kesehatan masih terus terjadi. Dokter, perawat, dan petugas medis lainnya kini menghadapi tantangan baru yang tak kalah berat—mulai dari tuntutan administratif hingga meningkatnya jumlah pasien non-COVID.
Burnout Bukan Lagi Isu Tersembunyi
Data terbaru menunjukkan lebih dari 40% tenaga kesehatan di Indonesia mengaku mengalami burnout dalam 6 bulan terakhir. Gejalanya mulai dari kelelahan ekstrem, kehilangan empati terhadap pasien, hingga menurunnya semangat kerja.
“Tekanan pekerjaan bukan hanya dari sisi medis, tapi juga dari manajemen, birokrasi, dan ekspektasi pasien yang makin tinggi,” ungkap seorang perawat senior di rumah sakit swasta.
Dampak pada Kualitas Layanan
Burnout tak hanya berdampak pada individu tenaga kesehatan, tetapi juga memengaruhi mutu layanan pasien. Beberapa kasus kesalahan medis bahkan dikaitkan dengan kondisi mental yang tidak stabil akibat kelelahan kerja berkepanjangan.
Tenaga medis yang kelelahan juga cenderung menarik diri secara sosial, sulit fokus, dan mengalami gangguan tidur, yang berujung pada penurunan produktivitas.
Solusi: Dukungan Psikologis dan Reformasi Sistem
Beberapa rumah sakit mulai menerapkan program dukungan psikologis rutin dan sesi konseling untuk staf medis. Namun, para ahli menekankan perlunya perombakan sistemik, seperti pengurangan beban kerja administratif, pengaturan shift yang lebih manusiawi, dan penghargaan finansial yang layak.
Kesadaran masyarakat juga penting—dengan tidak memperlakukan tenaga medis sebagai "superhero" yang tak boleh lelah, tapi manusia yang juga butuh istirahat dan pengakuan.