Sumber foto: iStock

Fakta Mengejutkan tentang HPV: Bukan Cuma Ancaman untuk Perempuan, Pria Juga Bisa Terkena Kanker Tenggorokan dan Anus!

Tanggal: 1 Mei 2025 19:03 wib.
Selama ini, virus Human Papillomavirus (HPV) sering kali hanya dikaitkan dengan kanker serviks yang menyerang perempuan. Namun, para pakar kesehatan memperingatkan bahwa anggapan ini keliru dan berisiko mempersempit pemahaman masyarakat. HPV ternyata juga bisa menginfeksi laki-laki dan memicu berbagai jenis kanker yang mematikan, termasuk kanker penis, anus, hingga kanker mulut dan tenggorokan.

Pakar patologi klinik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia (PDS Patklin), Prof. Dr. dr. Aryati, M.S., Sp.PK(K), dalam sebuah keterangan resmi di Jakarta pada Jumat (25/4/2025), menegaskan bahwa virus ini tidak spesifik menyerang jenis kelamin tertentu.

“HPV bukan semata soal kanker serviks. Pria pun bisa tertular virus ini, dan infeksinya bisa muncul di area penis, anus, bahkan rongga mulut dan tenggorokan,” ujarnya dengan tegas.

100 Lebih Tipe HPV, 14 Berisiko Tinggi Sebabkan Kanker

Menurut Prof. Aryati, virus HPV memiliki lebih dari 100 jenis, dan setidaknya 14 di antaranya dikategorikan berisiko tinggi karena mampu menimbulkan kanker. Beberapa tipe yang dikenal sangat berbahaya antara lain tipe 16, 18, dan 52. Sementara tipe risiko rendah seperti 6 dan 11 biasanya hanya menyebabkan kutil kelamin.

Yang perlu dicermati, lanjutnya, adalah cara penularan HPV yang tidak selalu terjadi melalui hubungan seksual. Banyak masyarakat masih berpikir bahwa infeksi HPV hanya menyebar lewat kontak seksual langsung, padahal faktanya bisa juga menyebar dari kontak kulit ke kulit, misalnya melalui luka mikro pada kulit saat terjadi kontak dengan area terinfeksi.

“Ini menjadi tantangan edukasi tersendiri. Karena masyarakat sudah lebih dulu punya pemahaman yang terbentuk dari stigma, bukan dari informasi medis,” katanya.

Peningkatan Kanker Terkait HPV pada Pria

Tren global menunjukkan adanya peningkatan kasus kanker yang disebabkan oleh HPV pada pria dalam beberapa tahun terakhir. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia, infeksi HPV pada pria kerap berujung pada kanker orofaring—bagian tengah tenggorokan yang mencakup amandel dan pangkal lidah.

Selain itu, kanker anus dan penis juga dilaporkan meningkat akibat infeksi HPV. Karena itu, banyak negara maju sudah mengambil langkah proaktif dengan memberikan vaksin HPV kepada anak laki-laki sejak usia sekolah dasar, sebagai bagian dari strategi pencegahan kanker jangka panjang.

Sayangnya, kebijakan di Indonesia masih memfokuskan vaksinasi HPV pada anak perempuan saja, yang dilakukan saat mereka duduk di bangku sekolah dasar. Hal ini menjadi bagian dari program imunisasi nasional untuk mencegah kanker serviks. Namun, kelompok lainnya, termasuk laki-laki serta perempuan dewasa yang belum divaksin, belum mendapatkan perlindungan maksimal.

Skrining dan Vaksinasi Masih Terbatas

Pemerintah Indonesia saat ini memang mendorong skrining kanker serviks dengan metode deteksi DNA HPV, terutama ditujukan bagi perempuan berusia 30 tahun ke atas yang belum mendapat vaksinasi. Namun, metode ini masih terkendala oleh biaya yang tinggi.

Menurut Prof. Aryati, tes DNA HPV memiliki akurasi paling tinggi untuk deteksi dini, tetapi harganya bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Di sisi lain, metode konvensional seperti Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) dan Pap Smear masih digunakan secara luas karena lebih terjangkau, meskipun hasilnya tak selalu seakurat tes DNA.

“Program vaksinasi gratis untuk anak perempuan sudah berjalan. Tapi bagi kelompok yang belum tercakup, kami dorong untuk mengikuti skrining. Masalahnya, banyak masyarakat yang belum paham bahwa HPV bukan hanya soal seks, dan belum menganggap ini sebagai ancaman serius,” jelasnya.

Edukasi Harus Menjangkau Semua Gender

Prof. Aryati menekankan pentingnya perluasan kampanye edukasi terkait HPV agar tidak hanya menyasar kaum perempuan. Ia mengingatkan bahwa bahaya HPV terhadap laki-laki juga nyata, dan tanpa upaya edukasi yang inklusif, potensi mencegah berbagai jenis kanker bisa terhambat.

“Jika kita hanya fokus pada kanker serviks, kita bisa kehilangan peluang besar untuk mencegah kanker lain yang juga disebabkan oleh HPV. Edukasi harus menjangkau laki-laki dan perempuan secara setara,” ujar Prof. Aryati.

Kesadaran kolektif diperlukan untuk mempercepat eliminasi penyakit terkait HPV. Edukasi berbasis bukti, pendekatan komunitas, dan pelibatan lintas sektor menjadi kunci agar masyarakat tidak lagi menganggap HPV sebagai isu khusus perempuan.

Dengan begitu, masyarakat bisa memahami bahwa pencegahan HPV tak hanya tentang kanker serviks, tetapi juga upaya komprehensif melindungi kesehatan seluruh lapisan penduduk dari infeksi berbahaya yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi dan skrining yang tepat.

Kesimpulan

HPV bukanlah virus yang hanya menyerang satu jenis kelamin. Pria dan wanita sama-sama rentan terhadap infeksi dan dampak seriusnya. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang tepat, serta dukungan kebijakan publik yang menyeluruh, kita dapat menekan angka infeksi dan mencegah berbagai jenis kanker yang disebabkan oleh virus ini. Edukasi dan akses layanan kesehatan yang merata harus menjadi prioritas bersama dalam membangun masyarakat yang lebih sehat dan waspada.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved