Sumber foto: Google

Emosi Terkuras Diam-diam, Banyak Pekerja Urban Alami Kelelahan Mental Tanpa Sadar

Tanggal: 8 Mei 2025 12:13 wib.
Tampang.com | Jam kerja panjang, tekanan target, hingga budaya “selalu aktif” membuat banyak pekerja urban tampak sibuk di luar, tapi kosong di dalam. Kondisi ini dikenal sebagai kelelahan emosional—dan sayangnya, sering tak disadari sampai berdampak besar.

Kelelahan Mental Tak Lagi Langka
Data dari WHO (2024) menyebut 1 dari 3 pekerja kota besar di Asia Tenggara mengalami emotional exhaustion, alias kelelahan mental akibat pekerjaan yang terlalu menekan emosi. Hal ini bisa berupa rasa hampa, mudah marah, apatis, hingga kehilangan minat pada pekerjaan.

“Saya tidak marah, tidak sedih juga. Tapi rasanya kosong setiap hari,” ujar Deni (29), karyawan agensi digital di Jakarta.

Bukan Sekadar Lelah Fisik
Berbeda dari kelelahan biasa, kelelahan emosional menyerap energi batin dan membuat seseorang kesulitan merespons tekanan sehari-hari. Tanda-tandanya bisa berupa menarik diri dari interaksi sosial, sinisme terhadap pekerjaan, dan kehilangan motivasi berkepanjangan.

Psikolog organisasi, Dr. Tania Prameswari, menjelaskan, “Ini bisa terjadi bahkan ketika seseorang tidak terlihat stres secara fisik. Justru yang paling diam bisa jadi yang paling lelah.”

Budaya Produktivitas Jadi Pemicu Utama
Kultur kerja ‘hustle’ dan glorifikasi kesibukan di kota-kota besar membuat banyak orang enggan mengakui kelelahan. Ditambah tekanan sosial dari media digital yang mendorong citra “harus selalu semangat”, banyak pekerja memilih diam dan terus bertahan.

Minimnya Dukungan Psikologis di Tempat Kerja
Sayangnya, hanya sebagian kecil perusahaan yang menyediakan layanan konseling atau program kesehatan mental. HR masih fokus pada kinerja, bukan keseimbangan emosional karyawan.

“Kami baru bertindak saat ada kasus. Padahal seharusnya pencegahan itu dimulai lebih awal,” kata Andini, staf HR perusahaan swasta di Surabaya.

Langkah Kecil, Dampak Besar
Perusahaan bisa memulai dari kebijakan sederhana: hari bebas rapat, waktu cuti mental, pelatihan manajemen emosi, hingga ruang diskusi terbuka. Sementara pekerja bisa belajar mengenali sinyal mentalnya sendiri dan tidak segan meminta bantuan profesional.

Refleksi: Lelah Emosional Bukan Lemah, Tapi Tanda Butuh Rehat
Kelelahan emosional bukan kelemahan. Justru mengakuinya adalah bentuk keberanian. Di balik rutinitas produktif, manusia tetap butuh ruang untuk jeda, pulih, dan merasa utuh kembali.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved