Dukungan Sosial: Kunci Menjaga Kesehatan Mental Lansia di Masa Senja
Tanggal: 26 Mei 2025 23:45 wib.
Tampang.com | Masa lanjut usia adalah fase kehidupan yang tak terhindarkan, membawa serta berbagai tantangan fisik dan mental. Salah satu tantangan yang paling sering dihadapi lansia adalah masalah kesehatan mental, mulai dari stres ringan hingga depresi klinis. Menurut Dr. dr. Ni Ketut Rai Purnami, Sp.PD-K.Ger, FINASIM, seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri dari RSUP Prof. Ngoerah, dukungan sosial dan lingkungan sekitar memegang peranan vital untuk menjaga stabilitas kesehatan mental lansia.
"Mental health itu enggak cukup kalau cuma dikasih saran. Kesiapan dari dalam diri beliau juga perlu dibangun pelan-pelan, termasuk melalui komunitas," ujar dr. Rai dalam siaran Keluarga Sehat Kemenkes RI belum lama ini.
Merajut Keterhubungan: Mengatasi Rasa Sepi Pasca-Pensiun
Salah satu aspek yang sering terabaikan adalah pentingnya rasa keterhubungan lansia dengan lingkungan sosialnya. Ketika seseorang memasuki masa pensiun dan tidak lagi aktif dalam dunia kerja, potensi munculnya perasaan hampa, tidak dibutuhkan, bahkan post power syndrome meningkat tajam.
"Perasaan tidak sendiri itu sangat penting. Lansia yang punya teman ngobrol, bertukar pikiran, itu sangat membantu menjaga kesehatan mental," jelas dr. Rai. Komunitas atau kelompok sosial yang memungkinkan lansia beraktivitas dan berbagi cerita terbukti efektif mengurangi risiko stres, kecemasan, dan depresi. Idealnya, kegiatan sosial semacam ini dilakukan secara rutin, setidaknya 2-3 kali seminggu.
Jangan Biarkan Lansia Mengurung Diri
Masalah seringkali muncul ketika lansia tidak dipersiapkan secara psikologis untuk masa pensiun. Peralihan dari kehidupan aktif ke masa tidak bekerja dapat terasa mendadak, terutama jika mereka tidak memiliki kegiatan pengganti yang bermakna. "Jangan sampai membiarkan lansia itu sendiri. Kalau itu terjadi, depresi bisa muncul, dan mereka bisa menarik diri dari lingkungan," kata dr. Rai.
Oleh karena itu, peran keluarga sangat besar dalam mendorong lansia agar tetap aktif dan bersosialisasi. Ajaklah mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, seperti pengajian, kelompok seni, posyandu lansia, atau bahkan menghidupkan kembali hobi lama.
Dukungan Inti dari Lingkungan Keluarga
Selain komunitas di luar rumah, lingkungan keluarga juga sangat menentukan. Seringkali, pola interaksi dalam rumah tangga justru membuat lansia merasa tidak dihargai atau dianggap "tidak berguna". "Bagaimana lingkungan memperlakukan lansia itu sangat mempengaruhi kondisi mental mereka," tambah dr. Rai.
Memberi peran sederhana dalam kegiatan rumah, misalnya menyiram tanaman atau menemani cucu belajar, bisa menjadi cara efektif untuk membuat lansia tetap merasa dibutuhkan dan dihargai.
Persiapan Mental Sejak Dini untuk Masa Tua Bahagia
Dr. Rai juga menekankan pentingnya menyiapkan aktivitas atau komunitas sejak sebelum pensiun. Lansia yang sudah punya gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan setelah berhenti bekerja akan lebih siap secara psikologis menghadapi masa tua. "Sebelum pensiun, sudah mulai cari tahu apa yang cocok. Mungkin ikut kelompok seni atau kerajinan. Jangan tiba-tiba berhenti bekerja tanpa punya kegiatan," sarannya.
Menjaga kesehatan lansia bukan hanya tentang asupan gizi dan aktivitas fisik, tetapi juga tentang bagaimana mereka merasa terhubung, diterima, dan dihargai dalam lingkungan sosialnya. Dukungan sosial yang kuat dapat menjadi fondasi kokoh bagi kesehatan mental lansia, memungkinkan mereka tetap bahagia, sehat, dan bermakna di masa senja.