Dalam Pandangan Medis, Kesurupan Termasuk Gangguan Mental
Tanggal: 8 Jul 2024 23:27 wib.
Fenomena kesurupan sedang menjadi pembicaraan hangat belakangan ini, terutama setelah muncul suara yang diklaim berasal dari korban kekerasan di Cirebon. Perhatian masyarakat semakin terpicu setelah tayangnya film “Vina: Sebelum 7 Hari” pada tahun 2024, yang mengangkat kisah suara arwah yang diklaim sebagai petunjuk kasus pembunuhan. Namun, dalam pandangan medis, kesurupan sebenarnya termasuk jenis gangguan mental.
Rekaman suara Vina yang dianggap menjadi petunjuk kasus pembunuhan Vina dan Eki beredar di media sosial. Rekaman suara Vina itu viral di TikTok setelah pengguna akun @siganatv mengunggahnya pada 3 Maret 2024. Rekaman suara tersebut sudah diputar lebih dari 60 juta kali.
Melalui rekaman suara itu Vina dengan menggunakan tubuh Linda menceritakan kronologi penganiayaan, pemerkosaan, hingga pembunuhan kepada dirinya dan Eki. Namun, klaim kesurupan ini menjadi kontroversi apakah rekaman suara yang beredar asli atau setingan belaka.
Dalam mengidentifikasi fenomena kesurupan, ahli metafisika menegaskan perlu adanya identifikasi melalui pendekatan ilmiah dan forensik untuk memverifikasi kebenaran klaim tersebut. Ahli metafisika Kirama Wijaya menyampaikan bahwa fenomena seperti suara arwah membutuhkan pendekatan hati-hati dalam proses identifikasi. Meskipun klaim keluarga kuat bahwa suara tersebut berasal dari Vina yang sudah meninggal, Kirama menegaskan bahwa hanya dapat mempercayai klaim tersebut sebesar 55 persen. Dalam hal ini, penting untuk melakukan identifikasi lebih lanjut melalui pendekatan ilmiah dan forensik untuk memverifikasi kebenaran dari klaim tersebut.
Kesurupan sebenarnya telah lama menjadi fenomena yang kerap terjadi di Indonesia. Pandangan medis menunjukkan bahwa kesurupan merupakan salah satu jenis gangguan mental yang disebut possession trance disorder. Gangguan ini ditandai dengan perubahan kesadaran dan identitas pribadi yang digantikan oleh identitas eksternal di mana perilaku dan gerakan seseorang dialami sebagai sesuatu yang nyata.
Faktor-faktor seperti tekanan psikososial, perasaan bersalah, atau konflik batin dapat mempengaruhi munculnya fenomena kesurupan. Selain itu, peristiwa traumatik yang pernah dialami juga bisa menjadi penyebab dari gangguan ini. Mengingat kompleksitas fenomena kesurupan, penting untuk mencari bantuan medis untuk melakukan pengidentifikasian yang tepat.
Meskipun pandangan metafisika dapat memberikan penjelasan yang menarik dari aspek spiritual dan metafisika atas fenomena kesurupan, tetapi dalam sebuah kasus konkret, pendekatan ilmiah dan forensik tetap menjadi hal yang sangat diperlukan untuk memastikan kebenaran klaim tersebut. Ahli medis juga mendorong perlunya pendekatan yang holistik untuk memahami dan mengatasi gangguan kesurupan.