Sumber foto: Google

Cemilan Kekinian Makin Digemari, Tapi Kandungan Ultra-Prosesnya Picu Penyakit Kronis?

Tanggal: 12 Mei 2025 22:43 wib.
Tampang.com | Dalam beberapa tahun terakhir, makanan dan minuman ultra-proses (ultra-processed food/UPF) seperti sosis, mi instan, boba drink, hingga makanan beku siap saji makin populer di Indonesia. Namun, di balik kepraktisannya, pola konsumsi ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi kesehatan jangka panjang.

Laporan Global Health Nutrition tahun 2024 menyebutkan bahwa konsumsi UPF di Indonesia meningkat 30% dalam lima tahun terakhir. Tren ini banyak ditemukan pada anak muda dan pekerja urban yang mengejar kemudahan dan rasa, tanpa memperhatikan kandungan gizinya.

“Ultra-proses artinya makanan telah melewati banyak tahap kimia dan penambahan bahan sintetis. Ini bukan cuma soal kalori, tapi juga soal risiko kesehatan serius,” jelas dr. Diah Amelia, ahli gizi komunitas dari Universitas Indonesia.

Risiko Penyakit Meningkat
Studi menunjukkan konsumsi makanan ultra-proses secara rutin berkaitan dengan:



Peningkatan risiko obesitas


Gangguan metabolisme seperti diabetes tipe 2


Kanker kolorektal


Penyakit jantung



“Orang Indonesia banyak makan, tapi gizi minim. Itu karena kita terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan berenergi tinggi tapi miskin serat dan mikronutrien,” tambah dr. Diah.

Cemilan Viral Belum Tentu Sehat
Media sosial mendorong popularitas produk-produk makanan kekinian—mulai dari rice bowl instan, croffle beku, hingga minuman boba literan—yang mayoritas masuk kategori ultra-proses. Tanpa disadari, kita mengonsumsi lemak trans, pemanis buatan, pewarna, dan pengawet dalam jumlah tinggi setiap harinya.

Langkah Pencegahan
Agar pola makan masyarakat tidak kian bergeser ke arah ultra-proses, para ahli menyarankan:



Perbanyak konsumsi makanan segar dan alami (whole food)


Baca label komposisi sebelum membeli makanan kemasan


Kurangi frekuensi konsumsi fast food dan makanan instan


Pemerintah perlu mewajibkan label peringatan untuk makanan ultra-proses tinggi



“Jika pola makan ini tidak segera dikendalikan, kita akan melihat generasi muda yang rentan sakit sejak usia produktif,” pungkas dr. Diah.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved