Sumber foto: google

BPOM Temukan Lebih dari 100 Takjil Berbahaya Mengandung Boraks dan Formalin

Tanggal: 4 Apr 2024 11:19 wib.
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) RI baru-baru ini melakukan pengawasan terhadap berbagai takjil yang beredar di pasaran. Hasilnya, BPOM menemukan lebih dari 100 jenis takjil yang mengandung zat berbahaya seperti boraks dan formalin.

Takjil merupakan makanan pendamping yang sangat populer di bulan Ramadan, ketika umat Muslim berpuasa. Masyarakat Indonesia sering kali mengonsumsi takjil tanpa menyadari adanya potensi bahaya yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, temuan BPOM ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih takjil yang akan dikonsumsi.

Boraks dan formalin adalah dua zat kimia berbahaya yang seharusnya tidak dikonsumsi dalam makanan. Boraks biasanya digunakan sebagai bahan pengawet, sementara formalin digunakan untuk mengawetkan makanan agar tahan lama. Kedua zat ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan pencernaan hingga gangguan pada organ tubuh seperti ginjal dan hati.

Dalam daftar takjil berbahaya yang ditemukan oleh BPOM, terdapat beragam jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, seperti kue basah, es buah, kolak, dan aneka minuman lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa risiko konsumsi takjil berbahaya bisa terjadi pada berbagai jenis makanan, bukan hanya pada makanan tertentu saja.

Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya peran BPOM dalam melakukan pengawasan terhadap makanan yang beredar di pasaran. BPOM tidak hanya bertugas untuk memastikan keamanan obat dan makanan, tetapi juga untuk melindungi konsumen dari bahaya makanan yang tidak layak konsumsi.

Bagi para pedagang takjil, temuan ini seharusnya menjadi alarm penting untuk lebih memperhatikan kualitas bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan takjil. Tidak hanya menjaga kebersihan dan kualitas makanan, namun pedagang juga perlu memastikan bahwa takjil yang dijual benar-benar aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Masyarakat juga harus lebih selektif dalam membeli takjil. Menjadi penting untuk memastikan bahwa takjil yang dikonsumsi telah memenuhi standar keamanan dan tidak mengandung zat berbahaya seperti boraks dan formalin. Selain itu, konsumen juga bisa memanfaatkan sertifikasi halal sebagai salah satu indikator keamanan takjil yang akan dikonsumsi.

Untuk mengatasi permasalahan ini, BPOM juga akan terus melakukan pengawasan dan pengujian terhadap takjil yang beredar di pasaran. Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya zat berbahaya dalam makanan juga akan terus ditingkatkan, sehingga masyarakat lebih sadar akan pentingnya memilih takjil yang aman untuk dikonsumsi.

Dengan temuan lebih dari 100 takjil berbahaya yang mengandung boraks dan formalin, BPOM memberikan peringatan yang tidak boleh diabaikan. Keamanan makanan, termasuk takjil, adalah hak setiap konsumen. Oleh karena itu, peran BPOM dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutu makanan sangatlah penting demi melindungi masyarakat dari bahaya konsumsi makanan yang tidak layak. Semua pihak, termasuk pemerintah, pedagang, dan konsumen, perlu bekerja sama agar takjil yang dikonsumsi selama bulan Ramadan benar-benar aman dan berkualitas.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved