Sumber foto: iStock

BiVACOR: Jantung Buatan Revolusioner yang Mengubah Masa Depan Transplantasi

Tanggal: 14 Mar 2025 22:04 wib.
Seorang pasien di Australia mencetak sejarah sebagai orang pertama di dunia yang berhasil dipulangkan dari rumah sakit setelah menerima implan jantung buatan yang paling inovatif dan tahan lama. Dalam sebuah operasi yang berlangsung selama enam jam di Sydney pada bulan November tahun lalu, tim dokter berhasil memasukkan BiVACOR ke dalam tubuh seorang pria yang menghadapi kondisi gagal jantung parah.

BiVACOR Total Artificial Heart adalah alat revolusioner yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah jantung. Terbuat dari bahan titanium yang kuat dan ringan, BiVACOR berfungsi sebagai pompa darah mekanis yang memberikan harapan baru bagi pasien. Awalnya, pasien tersebut menerima implan ini sebagai solusi sementara sembari menunggu donor jantung yang cocok. Namun, alat ini sebenarnya dirancang sebagai pengganti permanen untuk jantung yang mengalami kerusakan.

Dalam pernyataan yang disampaikan, ahli bedah kardiotoraks dan transplantasi terkemuka, Dr. Paul Jansz, yang memimpin operasi di St Vincent's Hospital, menilai inovasi tersebut sebagai "momen luar biasa" dalam bidang kedokteran. "Ada sedikit perasaan gugup, terutama ketika Daniel Timms, pencipta BiVACOR, menghidupkan perangkat ini untuk pertama kali," ungkap Dr. Jansz, mengutip laporan yang ditayangkan oleh ABC News Jakarta beberapa waktu lalu.

Dr. Jansz juga menyebutkan jantung buatan ini sebagai "Holy Grail" dalam dunia kesehatan, mengingat secara teknis alat ini tidak dapat gagal atau ditolak oleh sistem tubuh manusia. BiVACOR berfungsi dengan cara memompa darah melalui motor yang memiliki mekanisme unik, sehingga tidak terjadi gesekan di antara bagian-bagiannya. Inovasi ini menggunakan teknologi magnet untuk menahan rotor motor, yang berfungsi untuk mengurangi keausan seiring berjalannya waktu.

Inovasi jantung buatan ini adalah hasil karya Daniel Timms, seorang inovator asal Queensland, Australia. Sejak kecil, Timms memiliki kecintaan terhadap teknologi pompa air, terinspirasi dari pengalaman membantu ayahnya yang berprofesi sebagai tukang ledeng. Pengalaman pribadi yang menyakitkan pun mendorongnya untuk menciptakan alat ini, setelah ayahnya meninggal dunia akibat gagal jantung.

"Saya ingin memastikan bahwa warga Australia juga dapat merasakan manfaat dari penemuan ini tanpa harus menunggu," kata Timms, yang sangat berambisi agar inovasi ini tidak hanya berkembang di luar negeri.

Pasien pertama yang menerima BiVACOR adalah seorang pria berusia 40-an dari New South Wales. Ia berhasil hidup dengan jantung buatan tersebut selama lebih dari 100 hari sebelum akhirnya berhasil mendapatkan donor jantung yang compatible. Proses transplantasi jantungnya pun berjalan dengan sukses, dan kini ia sedang menjalani masa pemulihan di rumah.

Sebelumnya, banyak pasien gagal jantung yang kehilangan nyawa karena tidak mendapatkan donor jantung tepat waktu. "Sekitar 25% dari pasien yang menunggu transplantasi biasanya meninggal dunia. Namun, dengan adanya perangkat seperti BiVACOR, situasi ini mulai berubah," ujar Dr. Jansz, menyoroti pentingnya inovasi tersebut dalam menyelamatkan nyawa.

Dengan proyeksi bahwa dalam dua hingga tiga tahun ke depan penggunaan jantung buatan ini akan lebih umum, tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah mempercepat produksi BiVACOR. “Kami sangat perlu untuk meningkatkan jumlah produksi perangkat ini. Saat ini, kami sedang bekerja keras untuk meningkatkan kapasitas agar bisa memenuhi kebutuhan dengan cepat,” imbuh Timms.

Ekspansi lebih lanjut dari teknologi ini terlihat dalam rencana untuk mengimplementasikan empat perangkat BiVACOR tambahan tahun ini. Ini dilakukan melalui program Artificial Heart Frontiers yang dipimpin oleh Monash University. Dengan berat hanya sekitar 650 gram, BiVACOR sangat compact sehingga cukup untuk diimplan pada tubuh anak berusia 12 tahun. Pasien yang menggunakan perangkat ini juga melaporkan bahwa mereka merasakan kenyamanan dan bahkan tidak merasa ada benda asing di dalam tubuh mereka.

Salah satu fitur utama dari jantung buatan ini adalah sumber energinya, yang berasal dari baterai eksternal yang dapat diisi ulang. Saat ini, baterai tersebut perlu diganti setiap empat jam, namun para peneliti berharap bahwa di masa depan, pasien akan memiliki kemampuan untuk mengisi daya jantung buatan secara nirkabel, mirip dengan teknologi pengisian daya ponsel yang semakin umum saat ini.

Pertemuan sejarah dalam pengembangan BiVACOR ini ternyata berlangsung di rumah sakit yang sama dengan tempat dilakukannya transplantasi jantung pertama di Australia pada tahun 1968. St Vincent's Hospital juga dikenal sebagai tempat keberhasilan transplantasi jantung pertama di Australia yang dilaksanakan oleh Dr. Victor Chang pada tahun 1984, menetapkan rumah sakit tersebut sebagai pusat inovasi dalam bidang bedah jantung.

Hasil data menunjukkan bahwa sekitar 5.000 warga Australia setiap tahun meninggal akibat gagal jantung, dengan jumlah pendonor organ yang terus menurun. Dalam catatan, pada tahun 2024, jumlah transplantasi jantung di Australia bahkan mengalami penurunan sebesar 19 persen.

Dr. Chris Hayward, seorang ahli jantung di St Vincent's Hospital Sydney, menyatakan bahwa perkembangan BiVACOR menjadi solusi signifikan bagi pasien yang tidak bisa menunggu donor jantung. "Dengan semakin berkurangnya jumlah donor yang tersedia, teknologi seperti BiVACOR memberikan harapan baru bagi pasien-pasien yang menderita gagal jantung," jelasnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved