Sumber foto: iStock

Benarkah Si Kecil Terlalu Cemas? Waspadai 2 Tanda Ini, Bisa Jadi Gejala OCD pada Anak!

Tanggal: 15 Mei 2025 05:07 wib.
Obsessive-Compulsive Disorder atau yang lebih dikenal dengan sebutan OCD merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan munculnya dorongan berulang untuk melakukan suatu tindakan demi meredakan kecemasan atau pikiran yang mengganggu. OCD tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga bisa dialami oleh anak-anak, dan dampaknya bisa sangat signifikan terhadap kehidupan serta perkembangan mereka.

Gangguan ini muncul dalam bentuk perilaku berulang yang tampak tidak wajar bagi orang lain, namun bagi penderita, tindakan tersebut menjadi kebutuhan untuk menenangkan pikirannya. Dalam beberapa kasus, ritual ini bisa sangat ekstrem, seperti mencuci tangan puluhan hingga ratusan kali dalam sehari atau merasa perlu memeriksa pintu berulang kali untuk memastikan sudah terkunci.

Penyebab Umum OCD

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan kemungkinan seseorang, termasuk anak-anak, mengalami OCD. Pertama adalah faktor genetik, di mana anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat OCD lebih rentan terhadap kondisi ini. Kedua adalah ketidakseimbangan kimia dalam otak, khususnya serotonin yang berperan dalam pengaturan suasana hati dan kecemasan. Ketiga, faktor lingkungan seperti pengalaman traumatis atau tekanan dari lingkungan sekitar juga dapat menjadi pemicu berkembangnya OCD.

Bentuk Umum Perilaku OCD

Perilaku OCD bisa beragam bentuknya, tergantung pada jenis obsesinya. Beberapa contoh umum dari perilaku kompulsif akibat OCD antara lain:



Mencuci tangan secara berlebihan, bahkan hingga 100 kali sehari


Terus-menerus memeriksa hal-hal seperti apakah pintu sudah dikunci atau kompor sudah dimatikan


Mengikuti rutinitas tertentu secara kaku, seperti mengenakan pakaian dalam urutan yang sama setiap hari


Menimbun barang yang sebenarnya tidak diperlukan


Menata barang secara obsesif, berdasarkan warna atau ukuran


Mengulangi kata-kata tertentu, baik yang diucapkan sendiri maupun oleh orang lain


Bertanya hal yang sama berulang kali, meskipun jawabannya sudah jelas


Mengulangi suara, angka, atau lagu tertentu secara terus-menerus



Tanda-Tanda Anak Mengalami OCD

Mengenali OCD pada anak bisa menjadi tantangan tersendiri, apalagi jika gejalanya menyerupai perilaku normal anak-anak. Namun, ada beberapa tanda yang patut diwaspadai oleh orang tua. Dua di antaranya adalah:

1. Anak Sering Merasa Tidak Aman dan Terus Mencari Kepastian

Salah satu gejala OCD yang paling sering ditemukan pada anak adalah rasa tidak aman yang terus-menerus. Anak mungkin akan terus-menerus bertanya kepada orang tua atau pengasuh apakah semuanya akan baik-baik saja, meskipun tidak ada tanda bahaya yang nyata. Kekhawatiran tersebut bisa sangat mengganggu aktivitas harian anak, seperti belajar, bermain, bahkan tidur.

Seorang psikolog anak menyatakan bahwa ia pernah menangani pasien anak yang sangat takut jika sesuatu yang buruk menimpa keluarganya. Meski situasi sebenarnya aman, pikiran si anak terus dipenuhi dengan rasa takut yang tidak logis. Hal ini bisa membuat anak merasa perlu melakukan ritual tertentu untuk memastikan segalanya tetap baik-baik saja.

2. Anak Takut Menyakiti Orang Lain dan Terobsesi dengan Kepastian Emosi

Anak dengan OCD kerap merasa bersalah atau takut telah menyakiti orang lain, bahkan tanpa alasan yang jelas. Mereka bisa terobsesi untuk memastikan bahwa orang-orang di sekitarnya tidak marah atau kecewa terhadap mereka. Misalnya, seorang anak mungkin terus-menerus bertanya kepada orang tuanya, “Kamu masih sayang aku, kan?” meskipun hubungan antara mereka baik-baik saja.

Anak juga bisa sangat cemas jika merasa telah mengatakan sesuatu yang salah atau menyakiti perasaan orang lain, dan terus meminta maaf atau klarifikasi berulang kali. Ketakutan ini tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga dapat mengarah pada ritual untuk menenangkan diri, seperti mengulang kata atau gerakan tertentu.

Gejala Lain yang Perlu Diwaspadai

Selain dua tanda utama di atas, ada juga gejala lain yang sering muncul pada anak dengan OCD, antara lain:



Ketakutan berlebihan terhadap kuman atau kotoran, hingga mencuci tangan secara obsesif


Kekhawatiran berlebihan akan sakit atau tertular penyakit


Keterikatan emosional yang ekstrem, misalnya anak tidak ingin menginap di rumah kerabat karena takut sesuatu terjadi pada orang tuanya saat ia tidak di rumah



Mengapa OCD pada Anak Perlu Penanganan Serius?

OCD bukan hanya soal kebiasaan aneh atau perilaku unik. Jika tidak ditangani sejak dini, gangguan ini bisa berdampak serius pada perkembangan anak, baik secara sosial, akademik, maupun emosional. Anak bisa kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya, mengalami stres kronis, dan bahkan merasa terisolasi karena perilaku mereka yang tidak dipahami orang lain.

Karena itu, jika orang tua mulai melihat pola perilaku yang mengarah pada OCD, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan profesional, seperti psikolog anak atau psikiater. Terapi kognitif-perilaku (CBT) dan pendekatan lain dapat sangat membantu dalam mengurangi gejala OCD dan meningkatkan kualitas hidup anak secara keseluruhan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved