Sumber foto: Google

Benarkah Kualitas Sel Telur Menurun Setelah Dibekukan? Ini Penjelasan Dokternya

Tanggal: 9 Mei 2025 06:37 wib.
Tampang.com | Fenomena egg freezing atau pembekuan sel telur semakin populer di kalangan perempuan, termasuk kalangan selebritas. Salah satunya adalah aktris Luna Maya yang mengaku telah menjalani prosedur ini demi merencanakan kehamilan di masa depan. Meski menawarkan harapan besar, banyak yang bertanya-tanya: apakah kualitas sel telur akan menurun setelah dibekukan?

Untuk menjawabnya, simak penjelasan dari dokter spesialis kandungan berikut ini.


Apa Itu Egg Freezing dan Bagaimana Prosesnya?

Egg freezing atau oocyte cryopreservation adalah proses membekukan sel telur perempuan agar bisa digunakan di masa depan. Sel telur yang diambil akan dibekukan dalam nitrogen cair dengan suhu sangat rendah, yaitu -196 derajat Celsius.

Menurut dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG, SubSpFer, MSc, tingkat keberhasilan dalam proses pengambilan sel telur bisa mencapai 100 persen. Namun, setelah dibekukan dan dicairkan kembali, tidak semua sel telur bertahan dalam kondisi optimal—sekitar 80–90 persen saja yang masih bisa digunakan.


Apakah Kualitas Sel Telur Menurun Setelah Dibekukan?

Meski sebagian besar sel telur dapat bertahan setelah dibekukan, bukan berarti kualitasnya tetap sama. Ketika dibuahi oleh sperma, hanya sekitar 70–80 persen sel telur yang mampu berkembang menjadi embrio. Ini disebabkan karena tidak semua sel telur memiliki kualitas baik sejak awal.

"Begitu dipertemukan dengan sperma, kemampuan sel telur untuk menjadi embrio sekitar 70 persen," jelas dr. Yassin dalam wawancara bersama Kompas.com. Bahkan, dari embrio yang terbentuk, hanya 50–60 persen saja yang memiliki kualitas sangat baik dan mampu bertahan sampai lima hari.


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sel Telur

Tak hanya proses pembekuan, kualitas sel telur juga sangat ditentukan oleh sejumlah faktor, terutama usia perempuan saat membekukan sel telur, jumlah cadangan sel telur, dan riwayat penyakit tertentu.

Salah satu kondisi medis yang dapat mempercepat penurunan cadangan sel telur adalah endometriosis. Penyakit ini menyebabkan ovarium lebih cepat menua, sehingga kualitas sel telur pun ikut menurun. Selain itu, perempuan yang sudah berusia di atas 35 tahun juga cenderung memiliki sel telur dengan kualitas lebih rendah.


Kapan Waktu Terbaik untuk Melakukan Egg Freezing?

Meski banyak yang menganggap bahwa semakin muda usia perempuan, semakin baik hasil egg freezing-nya, dr. Yassin menegaskan bahwa tidak ada usia "ideal" untuk menjalani prosedur ini. Hal ini karena egg freezing bukanlah tindakan medis yang dilakukan secara rutin untuk semua orang.

“Jangan sampai disalahartikan ini sebagai pengganti pernikahan atau solusi umum untuk menunda punya anak,” kata Yassin. Menurutnya, keputusan untuk melakukan egg freezing harus didasari oleh alasan medis atau kondisi tertentu, dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.


Kesimpulan: Jangan Salah Paham Soal Egg Freezing

Egg freezing memang memberi harapan bagi perempuan yang belum siap punya anak, tapi perlu dipahami bahwa kualitas dan keberhasilan prosedur ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sel telur yang dibekukan belum tentu semuanya bisa dibuahi, apalagi berkembang menjadi embrio sehat.

Bagi kamu yang mempertimbangkan prosedur ini, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk mengetahui kondisi tubuh dan peluang keberhasilannya secara menyeluruh.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved