Sumber foto: iStock

Benarkah Bra Kawat Sebabkan Kanker Payudara? Ini Penjelasan Medis yang Jarang Diketahui!

Tanggal: 4 Mei 2025 08:56 wib.
Kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi perempuan di Indonesia. Data kesehatan menunjukkan bahwa kanker jenis ini menempati posisi teratas dalam jumlah kasus kanker yang menyerang masyarakat Indonesia. Penyakit ini muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kanker payudara, beredar pula berbagai informasi yang tidak semuanya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Salah satu mitos yang paling banyak dipercaya adalah anggapan bahwa penggunaan bra dengan kawat, khususnya yang terlalu ketat, bisa menyebabkan kanker payudara. Narasi ini menyebar luas dan menimbulkan kekhawatiran tersendiri di kalangan perempuan. Menurut rumor tersebut, bra kawat yang terlalu menekan bagian payudara dianggap bisa menghambat aliran sistem limfatik, yang berfungsi untuk mengangkut limfa dan zat-zat limbah dari jaringan tubuh. Ketika sistem ini terganggu, diduga racun akan menumpuk dan akhirnya memicu pertumbuhan sel kanker.

Namun, benarkah anggapan tersebut bisa dibuktikan secara medis?

Dalam sebuah acara media gathering yang diselenggarakan oleh Tamarind Health di Jakarta Pusat pada 24 April 2025, dr. Tang Siau-Wei, Konsultan Senior dan dokter bedah payudara dari Solis Breast Care & Surgery Centre Singapore, memberikan klarifikasi langsung mengenai hal ini. Ia menyatakan bahwa meskipun banyak perempuan menggunakan bra berkawat setiap hari, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa penggunaan bra jenis tersebut berkaitan dengan risiko terkena kanker payudara.

“Banyak perempuan memang memakai bra berkawat karena alasan estetika dan kenyamanan. Tetapi itu bukan penyebab kanker payudara,” ujar dr. Tang dengan tegas.

Ia menambahkan, isu tersebut hanyalah mitos yang beredar luas tanpa dasar ilmiah. Sampai saat ini, belum ada satu pun penelitian yang mendukung klaim bahwa bra kawat bisa memicu kanker. Menurut dr. Tang, faktor risiko yang jauh lebih signifikan adalah kelebihan berat badan, genetika, dan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang olahraga, pola makan buruk, konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok.

Faktanya, bra kawat memang dirancang untuk memberikan dukungan ekstra dan membentuk tampilan payudara agar tampak lebih terangkat. Karena desain ini, bra berkawat sering kali terasa lebih ketat, terutama jika ukurannya tidak sesuai. Namun, keketatan bra tidak berkaitan dengan gangguan sistem limfatik, apalagi sampai menyebabkan kanker.

"Yang paling penting adalah memastikan bahwa bra yang digunakan memiliki ukuran yang sesuai dan tidak menyebabkan rasa sakit atau iritasi. Tapi sekali lagi, tidak ada hubungan langsung antara bra kawat dan kanker payudara," tegasnya.

Kesimpulannya, rumor yang mengaitkan bra kawat dengan kanker payudara tidak memiliki dasar medis yang sahih. Masyarakat, terutama perempuan, diimbau untuk tidak langsung percaya pada informasi yang belum terbukti secara ilmiah. Alih-alih khawatir pada bra berkawat, fokus utama seharusnya diarahkan pada gaya hidup sehat dan deteksi dini melalui pemeriksaan payudara secara rutin.

Skrining rutin dan kesadaran terhadap perubahan fisik di area payudara sangat penting untuk deteksi awal kanker. Pemeriksaan mandiri setiap bulan serta konsultasi berkala ke dokter adalah langkah pencegahan yang lebih bijak dibandingkan mempercayai mitos yang menyesatkan.

Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat melalui edukasi berbasis bukti ilmiah, diharapkan angka kejadian kanker payudara dapat ditekan dan para perempuan bisa lebih tenang dalam menjaga kesehatan diri.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved