Sumber foto: iStock

Benarkah Ayam Bisa Picu Kanker? Ini Fakta Mengejutkan dari Studi Terbaru yang Harus Kamu Tahu!

Tanggal: 8 Jun 2025 14:51 wib.
Sebuah penelitian terbaru dari Italia kembali memicu perdebatan di kalangan ahli kesehatan dan pecinta makanan: benarkah konsumsi daging ayam bisa meningkatkan risiko kematian akibat kanker saluran pencernaan? Temuan ini diangkat oleh Medical News Today pada Jumat, 23 Mei 2025, yang menyebut bahwa mengonsumsi lebih dari 300 gram ayam per minggu – setara empat porsi – dapat meningkatkan risiko kematian akibat kanker gastrointestinal hingga 27 persen, jika dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi kurang dari 100 gram per pekan.

Tak hanya itu, asupan ayam yang tinggi juga dihubungkan dengan peningkatan risiko terkena kanker saluran pencernaan sebesar 2,3%. Risiko ini lebih signifikan terjadi pada pria, yakni hingga 2,6%. Studi ini diterbitkan dalam jurnal Nutrients, dan langsung menimbulkan kekhawatiran karena bertentangan dengan pedoman diet yang saat ini banyak dianut, seperti diet Mediterania, yang justru menempatkan unggas sebagai salah satu sumber protein utama.

Untuk memberikan klarifikasi, Medical News Today mengundang dua pakar untuk mengupas lebih dalam temuan ini. Mereka adalah Dr. Wael Harb, seorang spesialis hematologi dan onkologi medis di MemorialCare Cancer Institute, serta Kristin Kirkpatrick, seorang ahli gizi dari Cleveland Clinic dan peneliti senior di Meadows Behavioral Healthcare.

Apakah Ayam Benar-Benar Bisa Sebabkan Kanker?

Kedua pakar tersebut dengan tegas menyampaikan bahwa studi ini bersifat observasional. Artinya, meskipun ditemukan korelasi, belum dapat dipastikan adanya hubungan sebab akibat langsung antara konsumsi ayam dan kanker. Dr. Harb menekankan bahwa konsumsi ayam dalam jumlah sedang masih masuk dalam kategori diet sehat.

“Penting untuk diingat bahwa kanker adalah penyakit multifaktorial. Tidak ada satu penyebab tunggal yang pasti. Faktor seperti genetika, lingkungan, aktivitas fisik, pola makan keseluruhan, paparan toksin, hingga usia dan tingkat inflamasi turut berperan,” jelas Kirkpatrick.

Dengan kata lain, risiko yang ditimbulkan kemungkinan tidak murni berasal dari ayam itu sendiri, tetapi bisa karena cara memasak atau pola konsumsi secara umum.

Metode Memasak Juga Jadi Faktor Risiko

Salah satu temuan menarik dari diskusi para pakar ini adalah pentingnya memperhatikan bagaimana ayam dimasak. Menurut Dr. Harb, ketika daging ayam dimasak dalam suhu tinggi – seperti digoreng atau dibakar – bisa terbentuk senyawa berbahaya seperti Heterocyclic Amines (HCA) dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH). Senyawa ini sebelumnya telah diketahui dapat meningkatkan risiko kanker. Tapi perlu dicatat, senyawa ini tidak hanya ada pada daging ayam, melainkan juga daging merah dan olahan lainnya.

Kirkpatrick juga menambahkan bahwa proses pengolahan makanan memiliki dampak besar terhadap kesehatan. Misalnya, nugget ayam beku atau ayam goreng tepung yang digoreng dengan suhu tinggi masuk dalam kategori makanan ultra-proses, yang punya risiko kesehatan lebih tinggi jika dikonsumsi berlebihan. Hal ini berbeda jauh jika ayam dipanggang atau dikukus secara alami.

Daging Putih vs Daging Merah: Mana yang Lebih Aman?

Perdebatan soal mana yang lebih sehat – daging putih seperti ayam, atau daging merah seperti sapi dan kambing – memang sudah lama terjadi. Banyak yang beranggapan bahwa ayam lebih sehat karena kandungan lemaknya yang lebih rendah. Namun, penelitian tahun 2019 justru menunjukkan bahwa daging ayam dan merah bisa memberikan efek yang serupa terhadap kadar kolesterol jahat (LDL) dan apolipoprotein B.

Selain itu, studi terbaru ini tidak memberikan rincian spesifik tentang jenis ayam yang dikonsumsi, apakah itu daging segar, olahan, atau bagian tertentu dari ayam (seperti dada, paha, atau kulit). Padahal, bagian dan jenis pengolahan bisa memberikan dampak kesehatan yang berbeda.

“Tanpa informasi rinci tentang jenis dan cara pengolahan, sulit menarik kesimpulan akhir. Kita perlu lebih banyak riset untuk membandingkan berbagai jenis unggas dan daging lainnya,” ujar Kirkpatrick.

Berapa Takaran Konsumsi Ayam yang Aman?

Meski hasil studi ini cukup mengagetkan, para ahli menekankan bahwa tidak ada alasan untuk panik atau langsung menghentikan konsumsi ayam. Harb menjelaskan bahwa batas konsumsi ayam yang aman tetap berada di angka 300 gram per minggu. Bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker atau sedang menjalani gaya hidup sehat ketat, batasan ini bisa diturunkan menjadi 200 gram per minggu.

Kirkpatrick juga menyarankan agar konsumsi ayam disertai dengan diet seimbang lainnya, seperti buah, sayuran, biji-bijian utuh, lemak sehat, dan protein dari sumber lain seperti ikan atau kacang-kacangan. Ayam tetap bisa menjadi bagian dari pola makan sehat, selama tidak berlebihan dan diolah dengan cara yang baik.

Inti dari temuan ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengingatkan masyarakat agar lebih bijak dalam mengonsumsi daging, termasuk ayam. Risiko kanker bisa berasal dari berbagai faktor dan tidak semata-mata dari satu jenis makanan. Yang terpenting adalah menjaga pola makan seimbang, memilih metode memasak yang sehat, dan membatasi konsumsi makanan olahan atau gorengan.

Para ahli sepakat bahwa hasil studi ini perlu dijadikan perhatian, tetapi tidak seharusnya membuat kita meninggalkan ayam sepenuhnya dari menu harian. Selama dikonsumsi dengan takaran tepat dan pengolahan yang sehat, ayam masih tetap menjadi pilihan protein yang baik.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved