Sumber foto: iStock

Beauty Privilege: Benarkah Orang Good Looking Lebih Mudah Sukses?

Tanggal: 17 Feb 2025 10:47 wib.
Meski ada pepatah "jangan menilai buku dari sampulnya," faktanya, penampilan sering kali menjadi kesan pertama yang menentukan. Dalam dunia profesional dan sosial, individu dengan penampilan menarik cenderung mendapatkan lebih banyak keuntungan dibandingkan mereka yang berpenampilan biasa.

Fenomena ini dikenal sebagai beauty privilege atau dalam psikologi disebut lookism, yaitu diskriminasi berdasarkan daya tarik fisik. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa individu yang menarik secara fisik memiliki peluang lebih besar dalam karier, ekonomi, hingga percintaan.

Keistimewaan Good Looking di Dunia Kerja

Sebuah penelitian berjudul "The Labor Market Return to an Attractive Face" (2012) mengungkapkan bahwa daya tarik fisik berpengaruh besar dalam rekrutmen pekerjaan. Dalam studi tersebut, sebanyak 11.000 CV dikirimkan ke berbagai lowongan pekerjaan, dengan foto pelamar yang memiliki tingkat daya tarik berbeda.

Hasilnya, kandidat yang memiliki wajah menarik lebih sering dipanggil ke tahap seleksi berikutnya, bahkan memiliki peluang besar untuk lolos hingga tahap akhir. Sebaliknya, mereka yang berpenampilan biasa atau tidak melampirkan foto, lebih sering mengalami penolakan.

Tak hanya dalam proses rekrutmen, individu good looking juga memiliki tingkat keamanan kerja lebih tinggi. Mereka cenderung lebih jarang dipecat dibandingkan karyawan dengan penampilan biasa.

Industri Hiburan dan Daya Tarik Fisik

Di dunia hiburan, beauty privilege menjadi lebih nyata. Orang yang berparas menarik lebih mudah mendapatkan perhatian publik. Laporan dari Vice menunjukkan bahwa individu yang tampan atau cantik lebih cepat mendapatkan popularitas, bahkan meskipun kualitas kontennya biasa saja.

Banyak selebriti dan influencer viral dalam semalam bukan karena karya mereka, melainkan karena daya tarik fisik mereka. Sayangnya, hal ini menggeser fokus masyarakat dari kualitas ke penampilan semata.

Bias Netizen Terhadap Orang Cantik dan Tampan

Bias terhadap orang berpenampilan menarik juga sering terlihat di media sosial. Misalnya, ketika seseorang dengan wajah biasa terkena skandal, netizen cenderung mengkritik dengan keras. Namun, jika individu berwajah rupawan terlibat kasus serupa, banyak yang justru membela atau mencari pembenaran atas perbuatannya.

Hal ini memperlihatkan bagaimana standar kecantikan yang ada di masyarakat membentuk persepsi yang tidak adil terhadap individu berdasarkan penampilan mereka.

Apa Penyebab Beauty Privilege?

Salah satu penyebab utama beauty privilege adalah standar kecantikan yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Setiap budaya memiliki pandangan berbeda mengenai kecantikan dan ketampanan, yang akhirnya membentuk klasifikasi sosial mengenai siapa yang dianggap menarik dan siapa yang tidak.

Dari sisi psikologi, fenomena ini dikenal sebagai Efek Halo. Ahli neuropsikologi dari University of California, Judy Ho, menjelaskan bahwa Efek Halo adalah bias kognitif yang membuat seseorang mengasosiasikan satu sifat positif dengan sifat positif lainnya.

Misalnya, jika seseorang melihat seseorang yang berpenampilan menarik, mereka cenderung berasumsi bahwa orang tersebut juga baik, cerdas, dan berbakat—padahal belum tentu demikian. Ini terjadi karena otak manusia cenderung menyederhanakan informasi dalam menilai orang lain.

Dampak Negatif Beauty Privilege

Meskipun terlihat menguntungkan bagi mereka yang berpenampilan menarik, beauty privilege juga memiliki dampak negatif, seperti:


Diskriminasi terhadap individu dengan penampilan biasa – Banyak orang berbakat yang diabaikan hanya karena tidak memenuhi standar kecantikan tertentu.
Kurangnya apresiasi terhadap kualitas dan kemampuan – Di dunia hiburan atau media sosial, individu dengan daya tarik fisik sering kali lebih sukses meskipun kontennya kurang bermutu.
Bias dalam pengambilan keputusan – Banyak keputusan penting, seperti rekrutmen kerja atau pengadilan opini publik, dipengaruhi oleh faktor penampilan daripada kompetensi atau moralitas seseorang.


Meski sulit untuk menghilangkan sepenuhnya beauty privilege, penting bagi masyarakat untuk lebih objektif dalam menilai seseorang, tidak hanya dari fisiknya, tetapi juga dari kompetensi dan karakter mereka.

Kesimpulan

Beauty privilege nyata adanya dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, karier, hingga kehidupan sosial. Meskipun daya tarik fisik dapat menjadi keuntungan, penting bagi kita untuk tetap menilai seseorang berdasarkan kemampuan dan kepribadian mereka, bukan sekadar penampilan luar.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved