Banyak Mahasiswa SekaraSering ke Psikolog Kampung s, Kenapa Bisa Gitu?
Tanggal: 6 Mei 2025 09:08 wib.
Tampang.com | Dulu, ke ruang konseling kampus dianggap aneh. Sekarang? Ruangannya malah makin rame. Data terbaru dari berbagai universitas di Indonesia menunjukkan lonjakan jumlah mahasiswa yang datang ke psikolog kampus. Tapi apa yang sebenarnya terjadi?
Stres Kuliah Nggak Lagi Bisa Dianggap Remeh
Tugas numpuk, deadline tabrakan, belum lagi ekspektasi dari orang tua atau diri sendiri. Banyak mahasiswa akhirnya ngerasa “nanggung beban” yang lebih dari sekadar IPK. Menurut laporan Pusat Layanan Psikologi UI, ada kenaikan 45% mahasiswa yang konsultasi soal burnout, cemas, dan depresi ringan sepanjang 2024.
“Banyak mahasiswa datang dengan keluhan nggak bisa tidur, kehilangan motivasi, atau merasa sendirian,” kata psikolog kampus UNPAD dalam laporan Tirto.
Makin Sadar atau Makin Tertekan?
Fenomena ini nggak cuma soal tekanan, tapi juga soal kesadaran. Gen Z jauh lebih terbuka soal mental health dibanding generasi sebelumnya. Mereka sadar ketika butuh bantuan dan tahu ke mana harus pergi. Dan itu hal positif!
Bahkan beberapa kampus sekarang udah mulai bikin program healing bareng, sharing session, dan grup support buat mahasiswa yang pengen cerita tanpa takut dihakimi.
Layanan Konseling Masih Belum Merata
Sayangnya, nggak semua kampus punya layanan psikolog atau konselor yang aktif. Banyak mahasiswa di daerah masih kesulitan cari tempat curhat yang aman dan profesional. Ini jadi PR besar buat dunia pendidikan.
Mental Health = Kebutuhan Bukan Kemewahan
Sekarang saatnya mikir ulang: urusan mental health di kampus bukan bonus, tapi kebutuhan dasar. Bayangin kuliah empat tahun sambil nahan beban pikiran terus-menerus—pasti berat. Jadi nggak heran kalau ruang konseling mulai penuh. Karena akhirnya, mahasiswa sadar: minta tolong itu bukan kelemahan.