Bahaya Thalasemia: Penyakit Keturunan yang Bisa Bikin Gagal Nikah
Tanggal: 26 Jun 2024 22:33 wib.
Thalasemia merupakan penyakit genetik yang bisa diturunkan dari orang tua kepada sang buah hati. Sampai kini, belum ada cara untuk menyembuhkan thalasemia, upaya terbaik adalah meminimalisir pernikahan dua orang pembawa thalasemia. Anak dengan thalasemia memiliki kondisi fisik yang lemah. Rendahnya kadar hemoglobin atau sel darah merah bisa menyebabkan permasalahan di jantung, sehingga anak bisa memiliki keluhan seperti sesak napas."Rendahnya kadar hemoglobin atau kadar darahnya, bisa sangat-sangat rendah sehingga menyebabkan gangguan ke jantung. Nah itu bisa hingga menimbulkan kematian," kata dokter spesialis anak dr Teny Tjitra Sari, SpA(K), MPH dalam konferensi pers, Selasa, (7/5/2024).
Para anak penyintas thalasemia menurut dr Teny harus sering-sering melakukan kontrol kesehatan, setidaknya 2-3 minggu sekali. Tujuannya untuk mencegah adanya permasalahan di jantung, seperti sesak napas dan mungkin gejala-gejala lain akibat rendahnya kadar hemoglobin. "Hb (hemoglobin) rendah itu sangat tidak boleh, karena itu akan membuat tubuh tidak bisa bertahan. Karena prinsipnya oksigen atau udara kita itu dibawa oleh darah, bisa bayangkan kalau darah kita kurang atau tidak ada," tambah dr Teny.
Gejala-gejala lain yang dirasakan oleh pengidap thalasemia adalah pusing, kulit pucat atau kuning, pusing berputar, gangguan pertumbuhan, BAK (buang air kecil) gelap, mudah sakit/infeksi, sesak napas, dan facies cooley (perubahan bentuk muka). Pasien thalasemia, harus rajin untuk melakukan terapi seperti transfusi darah, obat kelasi besi yang dikonsumsi setiap hari, dan rutin kontrol ke rumah sakit. Menurut dr Teny, untuk mencegah bertambahnya bayi yang lahir dengan thalasemia adalah dengan mencegah pernikahan dua orang pembawa thalasemia.
Pasalnya, jika kedua pembawa sifat thalasemia ini menikah dan memiliki keturunan, maka besar kemungkinan sang anak juga akan mewarisi kondisi thalasemia dari sang orang tua. Bila dua orang pembawa sifat thalassemia melakukan perkawinan, kemungkinan anak lahir dengan thalassemia sebesar 25 persen. Artinya setiap kehamilan kemungkinan melahirkan anak yang mengidap thalassemia adalah 25 persen."Kesimpulannya bisa punya anak yang thalasemia, kemungkinannya 1 banding 4, ya kita tidak bisa memilih kan. Jadi bisa bayangkan anak pertama sakit, anak kedua sakit, atau tiga-tiganya sakit (thalasemia)," pungkas dr Teny.
menjadi suatu kemungkinan yang nyata bagi pasangan yang berencana untuk menikah namun menyadari adanya risiko thalasemia dalam keluarga mereka. Mereka akan dituntut untuk membuat keputusan sulit yang dapat berdampak jangka panjang terhadap kehidupan mereka. Keterbukaan dan komunikasi yang jujur antara pasangan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini, karena keputusan terkait pernikahan dan memiliki anak harus dipertimbangkan dengan matang.
Meskipun demikian, ada harapan bagi pasangan yang memiliki risiko thalasemia dalam keluarga mereka. Teknologi medis telah menawarkan solusi melalui pemeriksaan genetik pra-nikah dan prosedur bayi tabung untuk mengurangi kemungkinan kelahiran anak dengan thalasemia. Namun, perlu diingat bahwa prosedur ini masih memerlukan biaya yang tidak murah dan belum tentu berhasil sepenuhnya.
Dengan demikian, kesadaran akan bahaya thalasemia dan risiko penyakit keturunan dalam hubungan percintaan dan pernikahan tidak boleh diabaikan. Pasangan yang menjalin hubungan romantis perlu untuk menyelidiki sejarah keluarga mereka, memahami dampak penyakit ini, dan bersama-sama membuat keputusan yang bijaksana. Edukasi tentang thalasemia dan upaya pencegahan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko gagal nikah akibat penyakit keturunan ini.
Sebagai penulis, sangat penting untuk menyebarkan informasi tentang bahaya thalasemia serta mempromosikan kesadaran atas pentingnya pemeriksaan genetik pra-nikah. Semakin banyak pasangan yang sadar akan risiko ini, semakin besar peluang terjadinya keputusan yang bijaksana dalam merencanakan masa depan pernikahan dan keluarga.
Pengetahuan tentang penyakit keturunan seperti thalasemia dapat membantu pasangan untuk membuat keputusan yang lebih cerdas dan bijaksana dalam hubungan mereka. Dengan demikian, pembicaraan terbuka, konseling genetik, dan upaya cermat dalam perencanaan keluarga dapat menjadi langkah-langkah konkret dalam menghadapi bahaya thalasemia dan mencegah gagal nikah karena penyakit keturunan tersebut.